Minggu, 14 September 2014

kajian poliploidi ikan mas

KAJIAN INDUKSI KEJUTAN PANAS TERHADAP POLIPLOIDISASI PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)  MENGGUNAKAN METODE PENGHITUNGAN JUMLAH NUKLEOLUS





BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki warna yang menarik dan merupakan ikan konsumsi yang sangat populer karena memilki pertumbuhan yang sangat cepat serta memiliki kualitas daging yang baik dan tebal sehingga ikan mas ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Peningkatan produksi ikan mas dapat dipacu dengan meningkatkan pengetahuan tentang pertumbuhan dan reproduksi ikan tersebut, serta pengelolaan budidaya yang baik dan efisien. Beberapa usaha maupun penelitian telah dilakukan dalam upaya peningkatan produktifitas (produksi) dan perbaikan serta peningkatan kualitas genetik ikan mas seperti program seleksi, manipulasi jenis kelamin melalui perlakukan hormonal maupun manipulasi kromosom.
Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromosom untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap penyakit. Beberapa metode manipulasi kromosom dengan berbagai perlakuan, seperti kejutan (shocking) dengan suhu panas, dingin, pemberian tekanan (hydrostatic pressure) atau menggunakan bahan kimiawi. Bahan kimia yang biasa digunakan adalah kolkisin atau kolsemid. Diantara berbagai teknik tersebut, teknik yang paling mudah dan murah digunakan untuk poliploidisasi adalah teknik kejutan suhu panas. Chorrrou (1986) dalam Mukti dkk. (2001) menyatakan, kejutan suhu panas mempunyai kepraktisan, yaitu dapat dilakukan dalam jumlah besar dan memerlukan waktu yang lebih singkat daripada kejutan suhu dingin. Tujuan dari manipulasi poliploidi ini adalah pemuliaan pada flora maupun fauna.
Dalam menganalisis hasil poliploidisasi dapat dengan menggunakan beberapa metode, namun metode yang lazim digunakan adalah metode penghitungan jumlah nukleolus karena metode ini relatif mudah dan murah serta mempunyai peluang yang besar untuk diterapkan pada berbagai spesies ikan. Metode ini hanya memerlukan sedikit bagian tubuh ikan untuk diamati, yang biasanya menggunakan bagian sirip ekor ikan, dengan cara demikian penentuan ploidi beberapa sampel ikan dapat dibuat hanya dalam waktu singkat dan sampel dapat diamati tanpa membunuh.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan penelitian poliploidi terhadap ikan mas (Cyprinus carpio L.) dengan metode menghitung jumlah nukleolus yang mana hasil dari penelitian tersebut disajikan dalam bentuk laporan yang berjudul “Kajian Induksi Kejutan Panas terhadap Poliploidisasi pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)  menggunakan Metode Penghitungan Jumlah Nukleolus”.

1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1.2.1 Bagaimanakah keragaman frekuensi kemunculan jumlah nukleolus tiap ploidi pada ikan mas (Cyprinus carpio L.) hasil poliploidisasi dan tanpa poliploidisasi?
1.2.2 Bagaimanakah hubungan tingkat ploidi dengan jumlah maksimum nukleolus ikan mas (Cyprinus carpio L.) akibat induksi kejutan panas?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan penelitian dari rumusan masalah diatas adalah :
1.3.1        Untuk mengetahui keragaman frekuensi kemunculan jumlah nukleolus tiap ploidi pada ikan mas (Cyprinus carpio L.) hasil poliploidisasi dan tanpa poliploidisasi.
1.3.2        Untuk mengetahui hubungan tingkat ploidi dengan jumlah maksimum nukleolus ikan mas (Cyprinus carpio L.) akibat induksi kejutan panas.

1.4    Kegunaan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telalh digunakan maka didapatkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Bagi Peneliti
a. Sebagai sarana latihan dalam melakukan penelitian dalam bidang Genetika.
b. Untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh kejutan panas terhadap  keberhasilan poliploidisasi pada ikan mas (Cyprinus carpio L.), serta
c. Untuk menambah informasi tentang jumlah nukleolus sebagai metode analisis ploidi pada ikan mas (Cyprinus carpio L.) hasil induksi poliploidisasi kejutan panas.

1.4.2 Bagi Mahasiswa
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan disiplin ilmu genetika bagi mahasiswa dalam berbagai penelitian, sebagai
b. Untuk media pembelajaran bagi mahasiswa, dan menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang keragaman ploidi ikan mas hasil poliploidisasi dengan induksi kejutan panas yang diketahui dari metode penghitungan jumlah nukleolus,
c. Untuk bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya.
1.4.3        Bagi Masyaratakat Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan tambahan informasi dan aplikasi lapangan program poliploidisasi ikan mas dalam peningkatan kualitas dan kuantitas benih ikan mas.

1.5      Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
a.  Penelitian ini hanya dilakukan pada ikan mas (Cyprinus carpio L.) saja.
b.  Faktor yang digunakan untuk poliploidisasi hanya menggunakan kejutan suhu panas  40o C saja.
c.  Jenis ploidi yang digunakan dalam penelitian ini adalah haploid (n), diploid (2n), triploid (3n), dan tetraploid (4n).
d. Pengamatan ikan hasil poliploidisasi dilakukan sebanyak 12 ulangan untuk setiap ikan normal, triploid, dan tetraploid.
e.  Pengamatan setiap ulangan hanya dilakukan pada satu preparat yang terdapat dua lingkaran (ring) dan setiap ring diamati sebanyak tiga bidang pandang.
f.   Aspek yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah nukleolus pada setiap ploidi dalam satu bidang pandang.
g.  Induksi kejutan panas dilakukan 3 menit dan 29 menit setelah fertilisasi.



1.6      Asumsi Penelitian
Adapun asumsi dari penelitian ini adalah :
a.  Ikan mas yang digunakan untuk penelitian dianggap memiliki umur dan ras yang sama.
b.  Ikan mas yang dibuat untuk membuat preparat dianggap memiliki jenis kelamin yang sama.
c.  Ukuran dari nukleolus dinggap sama.
d. Air sebagai media hidup ikan mas dan nutrisi yang didapatkan dianggap sama.
e.  Semua faktor lingkungan luar yang ada seperti suhu akuarium, ketersediaan O2, kelembaban dianggap sama.

1.7   Definisi Operasional
             Berikut ini adalah beberapa definisi operasional yang diharapkan dapat mempermudah pemahaman dan menghindari kerancuan dari isi penelitian ini adalah :
a.       Organisme Poliploidi adalah suatu organisme yang mempunyai tiga atau lebih perangkat kromosom (Ayala, dkk, 1984 dalam Corebima, 2000).
b.      Poliploidisasi adalah salah satu metode manipulasi kromosom yang dapat menghasilkan ikan dengan berbagai jenis ploidi.
c.       Induksi kejutan panas adalah salah satu cara poliploidisasi untuk pencegahan terlepasnya polar body II dan pencegahan pembelahan mitosis zigot.
d.      Nukleolus merupakan struktur globuler yang terlihat didalam inti sel, terletak pada kromosom tertentu tempat molekul-molekul RNA-r diproduksi dalam jumlah yang banyak.



                                            



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Deskripsi ikan mas (Cyprinus carpio L.)
Menurut Saanin (1968) dalam Firdaus (2002), klasifikasi Ikan Mas adalah sebagai berikut :
Filum               : Chordata
Anak Filum     : Vertebrata
Kelas               : Pisces
Bangsa            : Cypriniformes          
Anak Bangsa   : Cypriniformes
Suku                : Cyprinidae
Marga              : Cyprinus
Jenis                : Cyprinus carpio L.

            Menurut Hardjamulia (1995), ikan mas memiliki beberapa karakteristik yang meliputi: bagian badan memanjang, sedikit pipih ke samping (compresed), mulutnya terletak di tengah-tengah ujung depan (terminal) dan dapat disembulkan. Ikan mas memiliki sungut sebanyak 2 pasang, dan menurut Susanto, (1990) dalam Firdaus (2002) merupakan tanda yang merupakan karakteristik untuk membedakan ikan mas koki (Carasius auratus) dengan ikan mas karper (Cyprinus carpio L.). Sirip dorsal berukuran relatif panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan sirip terakhir yaitu sirip ketiga dan keempat bergerigi. Letak permukaan sirip punggung bersebrangan dengan permukaan sirip perut (bagian ventral). Sirip anal bergerigi. Gurat sisi terletak di pertengahan tubuh melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Mustami, 1997).
Menurut Santosa (1993) dalam Mustami (1997) menjelaskan bahwa antara induk jantan dan betina mempunyai ciri-ciri yang berbeda-beda. Pada induk jantan sirip depan relatif panjang dan jari-jari luar tebal dengan lapisan dalam yang kasar. Badan tipis dan ramping. Gerakan lincah dan gesit. Lubang genital terletak tidak menonjol di belakang genital papila. Apabila perut ditekan akan mengeluarkan sperma berwarna putih. Sedangkan pada induk betina sirip dada relatif pendek, lunak dan jari-jari luar tipis dengan lapisan dalam yang licin. Tubuhnya lebih tebal daripada induk jantan pada umur yang sama dengan bagian perut yang melebar dan lunak. Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat. Lubang genital terletak dibagian depan genital papila. Jika gonad matang, perut membulat dan lunak. Genital papila mengembang dan berwarna kemerahan, lubang anus melebar, menonjol, dan apabila perut ditekan akan mengeluarkan sel telur yang transparan.
Text Box: Linea lateralisText Box: Sirip dorsal





Text Box: Sirip caudal
Text Box: Sirip lateral
Text Box: Sirip anal
Text Box: Sirip ventral



Gambar ikan mas (Cyprinus carpio L.)

Pemijahan pada ikan mas dilakukan apabila ikan mas sudah dalam kondisi siap pijah. Antara ikan mas jantan dan betina memiliki ciri yang berbeda yang menunjukkan bahwa ikan tersebut sudah siap dipijah. Menurut Mantau (2004), ciri induk betina matang yang siap pijah ditandai dengan gerakan yang lamban, perut membesar atau buncit ke arah belakang, jika diraba terasa lunak, lubang anus agak membengkak atau menonjol, dan bila perut diurut (striping) perlahan ke arah anus akan ekluar cairan kuning kemerahan. Untuk induk jantan gerakannya lincah, badannya langsing dan jika perut diurut akan keluar cairan sperma berwarna putih seperti susu dari lubang kelamin.


B.     Poliploidi
Organisme Poliploidi adalah suatu organisme yang mempunyai tiga atau lebih perangkat kromosom (Ayala, dkk, 1984 dalam Corebima, 2000). Menurut Firdaus (2002) poliplodi dapat dilakukan dengan perlakuan fisik dan kimiawi, perlakuan fisik misalnya dengan cara pemberian kejuatan panas, kejutan dingin, tekanan hidrostatik dan radiasi, sedangkan perlakuan kimiawi dengan menggunakan zat-zat anti pembelahan misalnya kolkisin.
Poliploidi ini dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan asal perolehan set kromosomnya yaitu autopoliploidi dan allopoliploidi. Autopoliplodi jika set kromosom berasal dari spesies yang sama atau berasal dari pengandaan kromosom sendiri, autopoliplodi memiliki set kromosom atau genom dasar yang merupakan pasangan kromosom homolog diantara mereka yang terlihat dari berpasangan kromosom pada waktu meiosis.  Yang termasuk autopoliploidi adalah triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), Heksaploid (6n). Alopoliplodi jika set kromosom berasal dari spesies yang berbeda, alopoliplodi bisa terjadi karena persilangan alami maupun persilangan buatan.
Poliploidi bisa terjadi secara alami maupun secara buatan. Poliploidi secara buatan melibatkan campur tangan manusia sedangkan poliploidi alami terjadi tanpa unsur kesengajaan. Pada ikan, polipoliploidisasi dapat dilakukan dengan cara yang cukup mudah yaitu dengan pemberian kejutan panas pada waktu tertentu setelah proses fertiliasi. Kejutan suhu selain murah dan mudah juga efisien, dan dapat dilakukan dalam jumlah banyak (Rustidja, 1991). Keberhasilan polipoliploidisasi melalui perlakuan kejutan suhu sangat dipengaruhi oleh suhu kejutan, waktu kejutan dan lama kejutan Proses tripoliploidisasi pada ikan prinsipnya adalah mencegah atau menahan terjadinya peloncatan polar body II dari telur atau pembelahan meiosis II, sedangkan tetrapoliploidisasi adalah perlakuan kejutan untuk mencegah pembelahan pertama (first cleavage) atau sebelum pembelahan mitosis I.




C.    Pembentukan ikan poliploid
Pada umumnya pembentukan organisme baru diawali dengan proses fertilisasi antara ovum dan sperma dari dua induk. Ovum terbentuk dari proses oogenesis dan sperma terbentuk dari proses spermatogenesis. Pembentukan ikan poliploidi tidak dapat dipisahkan dari proses fertilisasi, oogenesis dan spermatogenesis. Ovum yang telah dibuahi pada proses fertilisasi akan melanjutkan pembelahan meiosis II dan terbentuklah sel polar body II, sehingga pada zigot terdapat pronukleus jantan (n) dan pronukleus betina (n) yang akhirnya membentuk zigot diploid, dan selanjutnya zigot akan melakukan pembelahan mitosis. Pada proses meiosis II dan pembelahan zigot tersebut, ada peluang untuk dilakukan manipulasi kromosom dengan menggunakan induksi poliploidisasi. Terkait dengan perlakuan induksi poliploidisasi dengan kejutan panas ataupun kejutan dingin. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu awal kejutan, intensitas suhu kejutan dan lama kejutan yang nilai parameter masing-masing berbeda untuk tiap spesies ikan Firdaus (2002) dalam Sofiana (2008).



Scan10002






Gambar proses dasar pembentukan ikan diploid, triploid, dan tetraploid




1.    Pembentukan ikan triploid
Ikan triploid dapat terbentuk apabila terjadi perkawinan antara ikan tetraploid (4n) dengan ikan diploid (2n). induk yang memiliki 4n kromosom akan menghasilkan gamet yang diploid (2n), sedangkan induk yang memiliki 2n kromosom akan menghasilkan gamet yang haploid (1n). Apabila kedua gamet ini melakukan fertilisasi maka akan terbentuk individu yang triploid. Selain itu ikan triploid dapat dibentuk dengan cara induksi polipoliploidisasi, misalnya dengan kejutan panas. Kejutan panas pada dasarnya dimaksudkan untuk mencegah terjadinya peloncatan polar bodi II selama pembelahan meiosis II setelah terjadi fertilisasi tepatnya antara metafase dan anafase. Dengan demikian, ovum tetap mempunyai dua set perangkat kromosom yang ditambah satu perangkat kromosom dari pronukleus jantan sehingga terbentuklah zigot dengan tiga set kromosom (triploid). Hal tersebut diperkuat oleh beberapa penelitian sebelumnya terutama pada ikan mas (Cyprinus carpio L.). Menurut Carman, et al. (1991), pembentukan ikan triploid dilakukan dengan cara memberikan kejutan panas pada waktu 3-7 menit setelah fertilisasi. Pemberian kejutan panas 40°C pada waktu 3 menit setelah fertilisasi selama 2 menit mempunyai efektivitas yang tinggi menghasilkan ikan triploid (Firdaus, 2002).
2.    Pembentukan ikan tetraploid
Pembentukan ikan tetraploid pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama dengan pembentukan ikan triploid. Kesamaan ini terletak pada dasar pemberian kejutan panas yaitu untuk merusak terbentuknya benang spindel (mikrotubul). Namun Firdaus (2002), menyatakan bahwa pemberian kejutan panas dalam pembentukan ikan tetraploid dilakukan pada waktu yang berbeda dengan pembentukan ikan triploid yaitu 20 – 40 menit setelah terjadinya fertilisasi. Pada waktu tersebut zigot hasil fertilisasi sudah melakukan replikasi kromosom dan akan melakukan pembelahan mitosis. Setelah diberi kejutan panas maka pembelahan sel secara mitosis pada zigot diploid setelah terjadi penggandaan kromosom dapat dicegah sehingga terbentuk sel tetraploid.



D.    Nukleolus
Nukleolus merupakan organel yang terdapat di dalam inti. Nukleolus mempunyai dua fungsi yaitu mengatur pembelahan sel dan mensintesa ribosom bersama asam nukleatnya. Schwarzcher dan Wachtler (1983) dalam Mukti, dkk (2001) mengatakan bahwa nukleolus merupakan struktur yang nampak pada tahap interfase dan muncul akibat adanya aksi gen dalam NOR (Nuclear Organizer Region), yaitu bagian dari kromosom yang merupakan daerah khusus dari interfase. Nukleolus berdiferensiasi selama interfase di sekitar NOR. Jumlah nukleolus bervariasi atau tetap tergantung pada spesies dan jumlah kromosom yang memiliki NOR. Penghitungan nukleolus merupakan metode yang secara tidak langsung dalam mengidentifikasi ploidi pada beberapa jenis ikan. Dari berbagai hasil penelitian diperoleh bahwa jumlah maksimum nukleolus berbeda pada jenis ikan yang berbeda. Carman (1990) dalam percobaan pada ikan loach mendapatkan satu atau dua nukleus dalam sel ikan diploid. 
Menurut Smith, dkk. (1999:6) nukleolus merupakan pembuat ribosom. Dari uraian tersebut nukleolus memiliki peran penting untuk mensintesis ribosom mulai dari transkripsi DNA ribosom menjadi RNA-r, pemrosesan hasil transkripsi dan pembentukan subunit-subunit ribosom termasuk penggabungan dengan protein ribosom.
Menurut Campbell (2010), nukleolus merupakan suatu struktur di dalam inti yang merupakan lokasi pembentukan dan penimbunan prekursor ribosom sekaligus pembentukan sub unit ribosom dan sebagai tempat transkripsi gen RNAr serta tempat memproses molekul pra RNAr. Nukleus akan tampak berwarna kekuningan atau kecoklatan, sedangkan nukleolus berwarna hitam. Pewarnaan perak nitrat akan memperlihatkan nukleolus berwarna hitam dalam nukleus yang berwarna kuning.
Nukleolus secara struktural terdiri dari tiga daerah, yaitu Fibrillar Centers (FCs), Dense Fibrillar Component (DFC) dan Granular Component (GC). FC tampak sebagai struktur fibriler yang merupakan tempat akumulasi rRNA dan tempat terjadinya transkripsi. DFC secara struktural bersifat homogen, namun sebenarnya tersusun atas komponen yang heterogen. GC merupakan tempat tahap akhir dari pematangan rRNA, yaitu penggabungan antara pre RNA dengan protein ribosom (Medina, 1999 dalam Firdaus, 2002).

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual
                        Kerangka konseptual yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :





















3.2 Hipotesis
                                    Hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
3.2.1 Terdapat keragaman frekuensi kemunculan jumlah nukleolus tiap ploidi pada ikan mas (Cyprinus carpio L.) hasil poliploidisasi dan tanpa poliploidisasi.
3.2.2 Terdapat hubungan tingkat ploidi dengan jumlah maksimum nukleolus ikan mas (Cyprinus carpio L.) akibat induksi kejutan panas.
























BAB IV
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cara menghitung frekuensi nukleolus yang teramati pada tingkat ploidi ikan mas (Cyprinus carpio L. ) untuk mengetahui perbandingan jumlah nukleolus yang teramati dan untuk mengetahui variasi dalam individu.
B.     Waktu dan Tempat Penelitian
1.      Waktu penelitian
Kegiatan penelitian ini dimulai pada tanggal 24 Januari 2014 sampai 20 April 2014.
2.      Tempat Penelitian
Pemijahan dan pemeliharaan ikan dilakukan di Balai Benih Ikan (BBI) Kepanjen Malang.
Pemeliharaan ikan dan pengamatan dilakukan di ruang Genetika 310 jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang.
C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ikan mas hasil pemijahan
2.      Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ikan yang diambil sirip ekornya untuk diamati nukleolusnya
D.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pemijahan, pemeliharaan dan pengamatan ikan pada praktikum ini meliputi:
Ø Alat
Berikut daftar alat beserta kegunaannya:
1.        kolam untuk pemijahan induk ikan, penetasan dan pemeliharaan ikan;
2.        sped suntik untuk mengencerkan dan menyimpan sperma;
3.        mangkok kecil untuk tempat fertilisasi;
4.        bulu ayam untuk membantu mempercepat fertilisasi;
5.        aquarium penetasan untuk penetasan telur hasil fertilisasi;
6.        saringan untuk media penetasan telur;
7.        kompor dan panci untuk memanaskan air
8.        bak berisi air panas, untuk tempat perlakuan kejutan panas;
9.        termometer untuk mengetahui temperatur air;
10.    aerator untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam air;
11.    timer untuk mengetahui waktu selama pemberian kejutan panas dan waktu selama pembuatan preparat;
12.    gelas ukur untuk menakar larutan-larutan yang diperlukan selama penelitian;
13.    silet tajam untuk mencacah jaringan dalam pembuatan preparat;
14.    pipet tetes untuk mengambil larutan dan suspensi jaringan dalam pembuatan preparat;
15.    gelas arloji untuk tempat mencacah jaringan sirip ekor dalam pembuatan suspensi jaringan;
16.    box staining untuk menginkubasi preparat selama pewarnaan perak nitrat;
17.    botol vial untuk menyimpan larutan pewarna seperti larutan A dan larutan B dan untuk tempat fiksasi;
18.    tusuk gigi untuk meratakan pewarna perak nitrat dalam pembuatan preparat nukleolus;
19.    pinset untuk mengambil atau memegang selama pembuatan preparat;
20.    timbangan analitik untuk menimbang bahan yang diperlukan;
21.    hand counter untuk alat bantu menghitung nukleolus;
22.    kaca benda untuk pembuatan preparat;
23.    mikroskop binokuler perbesaran 1000 kali untuk pengamatan preparat;
24.    kamera digital untuk pemotretan hasil pembuatan preparat melalui mikroskop.
Ø  Bahan
Berikut daftar bahan dan kegunaannya:
1.        induk ikan mas yang siap kawin;
2.        larutan ringer untuk media ketika fertilisasi;
3.        larutan garam fisiologis untuk mengencerkan sperma ikan;
4.        metilen blue untuk mencegah jamur pada aquarium;
5.        aquades untuk pelarut bahan larutan dalam penelitian;
6.        alkohol 70% untuk merendam kaca benda;
7.        larutan carnoy untuk larutan fiksatif;
8.        asam asetat glasial untuk larutan fiksatif carnoy dan asam asetat 50% untuk pengencer suspensi jaringan;
9.        AgNO3 (perak nitrat) untuk pewarna preparat nukleolus;
10.    gelatin untuk pembuatan larutan B;
11.    gliserin untuk pembuatan larutan B;
12.    air kran untuk mencuci preparat;
13.    xylol untuk membersihkan lensa mikroskop;
14.    kertas lensa sebagai media permbersih;
E.     Prosedur kerja
Ø  Langkah kerja selama pemijahan, fertilisasi, dan pemberian perlakuan adalah sebagai berikut:
1.      Menyiapkan indukan jantan dan betina yang sudah matang gonad;
2.      Menempatkan ikan pada satu kolam;
3.      Menunggu ikan untuk siap kawin (ditunjukkan dengan sikap ikan yang mulai gelisah di kolam);
4.      Ketika sudah ditetapkan bahwa siap kawin, ikan ditangkap dan diambil telurnya bagi yang betina, bagi yang jantan diambil spermanya
5.      Telur diambil dengan cara stripping pada ikan betina, kemudian setelah didapat ditambahkan larutan ringer agar telur tidak mati
6.      Untuk sperma diambil dengan spet suntik secara perlahan agar tidak tercampur dengan darah. Setelah didapat, ditambahkan larutan fisiologis 0, 9 % untuk pengenceran dengan konsentrasi 9:1.
7.      Mencampur sperma dengan sel telur yang telah disiapkan sebelumnya pada sebuah wadah (disini menggunakan mangkok kecil)
8.      Mengaduk campuran sperma dan sel telur dengan bulu ayam hingga dirasa telah tercampur
9.      Telur yang telah dicampur dengan sperma dituang kedalam bak perlakuan dengan hati-hati dan merata agar tidak terjadi penggumpalan
10.  Untuk menghasilkan ikan diploid, diberi perlakuan normal tanpa kejutan panas.
11.  Pembuatan ikan triploid dilakukan dengan memberi kejutan panas pada 3 menit setelah difertilisasi dengan suhu 40o C selama 1,5 menit.
12.  Pembentukan ikan tetraploid dilakukan dengan memberi kejutan panas pada 29 menit setelah difertilisasi dengan suhu 40o C selama 1,5 menit.
13.  Setelah ikan menetas, ikan dipelihara dalam aquarium dan memberinya makan dengan kuning telur ayam dan ketika sudah agak besar diberi cacing sutra.

Ø  Pembuatan larutan
1.    Larutan A: melarutkan perak nitrat sebanyak 70gram pada aquades sebanyak 140 gram. Perbandingan antara perak nitrat dan aquades adalah 1:2
2.    Larutan B: melarutkan gelatin 22 gram dalam 50 ml aquades hangat, ditambah 50 ml gliserin jenuh
3.    Larutan Carnoy: mencampurkan asam asetat glasial jenuh dengan alcohol absolute dan klorofom dengan perbandingan sebanyak 1:1:1
4.    Larutan asam asetat: melarutkan asam asetat glasial sebanyak 50 ml ditambahkan dengan aquades hingga 100 ml

Ø  Pembuatan preparat dan pengamatan
1.    Memotong sirip kaudal (ekor) ikan dan memfiksasinya dalam larutan carnoy selama 24 jam, pada 30 menit pertama larutan carnoy lama diganti dengan yang baru.
2.    Meletakkan potongan sirip diatas gelas arloji, mencacahnya dengan silet tajam sambil menetesi dengan asam asetat 50 % sampai terbentuk suspensi sel ± 60 menit.
3.    Meneteskan suspensi sel pada kaca benda yang telah direndam dalam alkohol absolut selama 1 hari menggunakan pipet tetes.
4.    Setelah suspensi diteteskan pada kaca preparat sebanyak 2 ring.
5.    Suspensi dikeringkan, setelah kering kemudian ditetesi dengan larutan A (1 tetes) dilanjutkan dengan meneteskan larutan B (yang sudah dicairkan dengan air panas) dan meratakannya dengan tusuk gigi.
6.    Meletakkan preparat pada box straining yang suhunya dipertahankan 40°-50° C ditunggu sekitar 20-30 menit.
7.    Mengeluarkan preparat dari box straining dan dibilas dengan air perlahan-lahan kemudian dikeringkan.
8.    Setiap ring diamati sebanyak 3 bidang pandang dan diamati dengan mikroskop perbesaran 1000 kali.

F.     Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan cara menghitung jumlah nukleolus pada setiap ploidi. Satu preparat berisi dua ring. Setiap ring dihitung jumlah nukleolusnya dalam tiga bidang pandang. Penghitungan jumlah nukleolus dipergunakan untuk menentukan ploidi tiap ikan. Hasil penghitungan jumlah nukleolus direkam pada tabel berikut.

Preparat
Ploidi
Ring A
Ring B
I
II
III
I
II
III
1
N






2n






3n






4n






2
N






2n






3n






4n






3
N






2n






3n






4n






4
N






2n






3n






4n






5
N






2n






3n






4n






6
N






2n






3n






4n






7
N






2n






3n






4n






8
N






2n






3n






4n






9
N






2n






3n






4n






10
N






2n






3n






4n






11
N






2n






3n






4n






12
N






2n






3n






4n








G.    Teknik analisis data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji statistik korelasi regresi linier sederhana yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat ploidi dan jumlah maksimum nukleolus yang ditemukan, analisis varian (anava) tunggal yang digunakan untuk mengetahui mengetahui perbedaan frekuensi jumlah nukleolus pada setiap ploidi ikan dengan terlebih dahulu mengubah data menjadi persentase dan kemudian ditransformasi dengan arc sin dan analisis prosentase untuk mengetahui variasi jumlah ploidi pada tiap sel ikan mas.



















Daftar rujukan
Campbel, N. A et al. 2010. Biology 5th Edition. New York: Mc graw Hill co.
Carman, O., Oshiro, T., dan Takashima, F. 1990. Estimation of Effective Condition for Induction of  Poliploidi in Goldfish, Caurassius auratus Linnaeus. Tokyo University Fisheries. Tokyo: Tokyo Suisandai Kempo.
Corebima, A.D. 2000. Genetika Mutasi dan Rekombinasi. Malang: UM Press.
Firdaus, Syarifin. 2002. Studi Tentang Jumlah Nukleolus sebagai Metode Analisis Ploidi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Ras Punten hasil Poliploidi Kejutan Panas. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: Biologi FMIPA UM.
Hardjamulia,A. 1995. System Pengadaan Stok Induk Ikan Mas Unggul. Makalah disampaikan pada pelatihan Pengelolaan Induk Ikan Mas di Balai Budidaya Air Tawar, tanggal 10-24 Desember 1995.
Mantau, zulkifli dkk. 2004. Pembenihan Ikan Mas yang Efektif dan Efisien. (Online), (http:// http://pustaka.litbang.deptan.go.id, diakses tanggal 19 April 2014).
Mukti, dkk. 2001. Poliploidisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Malang: BIOSAIN VOL. 1 Brawijaya Press.
Mustami, Khalifah. 1997. Studi PembentukanPoliploid pada Mas (Cyprinus carpio L.) Ras Punten dengan Kejutan Suhu Panas. Tesis (tidak diterbitkan). Malang: Pasca Sarjana UM.
Rustidja. 1991. Aplikasi Manipulasi Kromosom pada Program Pembenihan Ikan. Jakarta: PT. Widya Nusantara.
Shofiana, Rila. 2008. Teknik Poliploidisasi pada Ikan Mas (Cyperinus carpio L.). (Online), (http://www. http://sidika.wordpress.com, diakses tanggal 17 April 2014).
Smith, CA., Wood EJ. 1999. Molecular Biology and Technologi. 1st Edition. London: Chapman & Hall Limited.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar