KAJIAN
INDUKSI KEJUTAN PANAS TERHADAP POLIPLOIDISASI PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) MENGGUNAKAN METODE PENGHITUNGAN JUMLAH
NUKLEOLUS
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ikan mas (Cyprinus
carpio L.) merupakan salah
satu ikan air tawar yang memiliki warna yang menarik dan merupakan ikan
konsumsi yang sangat populer karena memilki pertumbuhan yang sangat cepat serta
memiliki kualitas daging yang baik dan tebal sehingga ikan mas ini banyak
dibudidayakan oleh masyarakat. Peningkatan
produksi ikan mas dapat dipacu dengan meningkatkan pengetahuan tentang
pertumbuhan dan reproduksi ikan tersebut, serta pengelolaan budidaya yang baik
dan efisien. Beberapa usaha maupun penelitian telah dilakukan dalam upaya
peningkatan produktifitas (produksi) dan perbaikan serta peningkatan kualitas
genetik ikan mas seperti program seleksi, manipulasi jenis kelamin melalui
perlakukan hormonal maupun manipulasi kromosom.
Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromosom untuk
perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih
ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleransi
terhadap lingkungan dan resisten terhadap penyakit.
Beberapa metode manipulasi kromosom
dengan berbagai perlakuan, seperti kejutan (shocking)
dengan suhu panas, dingin, pemberian tekanan (hydrostatic pressure) atau menggunakan bahan kimiawi. Bahan kimia
yang biasa digunakan adalah kolkisin atau kolsemid. Diantara berbagai teknik tersebut, teknik yang paling
mudah dan murah digunakan untuk poliploidisasi adalah teknik kejutan suhu
panas. Chorrrou
(1986) dalam Mukti dkk. (2001) menyatakan, kejutan suhu panas mempunyai
kepraktisan, yaitu dapat dilakukan dalam jumlah besar dan memerlukan waktu yang
lebih singkat daripada kejutan suhu dingin.
Tujuan dari manipulasi poliploidi
ini adalah pemuliaan pada flora maupun fauna.
Dalam
menganalisis hasil poliploidisasi dapat dengan menggunakan beberapa metode,
namun metode yang lazim digunakan adalah metode penghitungan jumlah nukleolus
karena metode ini relatif mudah dan murah serta mempunyai peluang yang besar
untuk diterapkan pada berbagai
spesies ikan. Metode
ini hanya memerlukan sedikit bagian tubuh ikan untuk diamati, yang biasanya
menggunakan bagian sirip ekor ikan, dengan cara demikian penentuan ploidi beberapa sampel
ikan dapat dibuat hanya dalam waktu singkat dan sampel dapat diamati tanpa
membunuh.
Berdasarkan latar
belakang diatas maka dilakukan penelitian poliploidi terhadap ikan mas (Cyprinus
carpio L.) dengan metode menghitung jumlah nukleolus yang mana hasil dari
penelitian tersebut disajikan dalam bentuk laporan yang berjudul “Kajian Induksi
Kejutan Panas terhadap Poliploidisasi pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) menggunakan Metode Penghitungan Jumlah
Nukleolus”.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian
ini adalah :
1.2.1 Bagaimanakah keragaman frekuensi
kemunculan jumlah nukleolus tiap ploidi pada ikan mas (Cyprinus carpio L.) hasil poliploidisasi dan tanpa poliploidisasi?
1.2.2 Bagaimanakah hubungan
tingkat ploidi dengan jumlah maksimum nukleolus ikan mas (Cyprinus carpio L.) akibat
induksi kejutan panas?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan penelitian dari rumusan masalah diatas adalah :
1.3.1
Untuk mengetahui keragaman
frekuensi kemunculan jumlah nukleolus tiap ploidi pada ikan mas (Cyprinus carpio L.) hasil poliploidisasi
dan tanpa poliploidisasi.
1.3.2
Untuk mengetahui hubungan
tingkat ploidi dengan jumlah maksimum nukleolus ikan mas (Cyprinus carpio L.) akibat
induksi kejutan panas.
1.4
Kegunaan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telalh digunakan maka didapatkan kegunaan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Bagi
Peneliti
a. Sebagai sarana latihan dalam
melakukan penelitian dalam bidang Genetika.
b. Untuk menambah pengetahuan tentang
pengaruh kejutan panas terhadap keberhasilan poliploidisasi pada ikan mas (Cyprinus carpio L.), serta
c. Untuk menambah informasi tentang
jumlah nukleolus sebagai metode analisis ploidi pada ikan mas (Cyprinus carpio L.) hasil induksi
poliploidisasi kejutan panas.
1.4.2 Bagi Mahasiswa
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu
mengembangkan disiplin ilmu genetika bagi mahasiswa dalam berbagai penelitian, sebagai
b. Untuk media
pembelajaran bagi mahasiswa, dan menambah wawasan pengetahuan mahasiswa
tentang keragaman
ploidi ikan mas hasil poliploidisasi dengan induksi kejutan panas yang
diketahui dari metode penghitungan jumlah nukleolus,
c. Untuk bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
1.4.3
Bagi Masyaratakat Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
memberikan tambahan informasi dan aplikasi lapangan program poliploidisasi ikan
mas dalam peningkatan kualitas dan kuantitas benih ikan mas.
1.5
Batasan
Masalah
Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Penelitian
ini hanya dilakukan pada
ikan mas (Cyprinus carpio L.) saja.
b. Faktor
yang digunakan untuk poliploidisasi hanya menggunakan kejutan suhu panas 40o C saja.
c. Jenis
ploidi yang digunakan dalam penelitian ini adalah haploid (n), diploid (2n),
triploid (3n), dan tetraploid (4n).
d. Pengamatan
ikan hasil poliploidisasi dilakukan sebanyak 12 ulangan untuk setiap ikan
normal, triploid, dan tetraploid.
e. Pengamatan
setiap ulangan hanya dilakukan pada satu preparat yang terdapat dua lingkaran
(ring) dan setiap ring diamati sebanyak tiga bidang pandang.
f. Aspek
yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah nukleolus pada setiap ploidi
dalam satu bidang pandang.
g. Induksi
kejutan panas dilakukan 3 menit dan 29 menit setelah fertilisasi.
1.6
Asumsi
Penelitian
Adapun
asumsi dari penelitian ini adalah :
a. Ikan mas yang digunakan untuk penelitian dianggap
memiliki umur dan ras yang sama.
b. Ikan
mas yang dibuat untuk membuat preparat dianggap memiliki jenis kelamin yang
sama.
c. Ukuran
dari nukleolus dinggap sama.
d. Air
sebagai media hidup ikan mas dan nutrisi yang didapatkan dianggap sama.
e.
Semua faktor lingkungan
luar yang ada seperti suhu akuarium, ketersediaan O2, kelembaban
dianggap sama.
1.7
Definisi Operasional
Berikut ini adalah
beberapa definisi operasional yang diharapkan dapat mempermudah pemahaman dan
menghindari kerancuan dari isi penelitian ini adalah :
a.
Organisme
Poliploidi adalah suatu organisme yang mempunyai tiga atau lebih perangkat
kromosom (Ayala, dkk, 1984 dalam Corebima, 2000).
b.
Poliploidisasi adalah salah satu metode manipulasi kromosom
yang dapat menghasilkan ikan dengan berbagai jenis ploidi.
c.
Induksi kejutan panas
adalah salah satu cara poliploidisasi untuk pencegahan terlepasnya polar body
II dan pencegahan pembelahan mitosis zigot.
d. Nukleolus
merupakan struktur globuler yang terlihat didalam inti sel, terletak pada
kromosom tertentu tempat molekul-molekul RNA-r diproduksi dalam jumlah yang
banyak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Deskripsi
ikan mas (Cyprinus carpio L.)
Menurut Saanin (1968) dalam Firdaus (2002),
klasifikasi Ikan Mas adalah sebagai berikut :
Filum :
Chordata
Anak Filum :
Vertebrata
Kelas :
Pisces
Bangsa :
Cypriniformes
Anak Bangsa :
Cypriniformes
Suku :
Cyprinidae
Marga :
Cyprinus
Jenis :
Cyprinus carpio L.
Menurut
Hardjamulia (1995), ikan mas memiliki beberapa karakteristik yang meliputi:
bagian badan memanjang, sedikit pipih ke samping (compresed), mulutnya terletak di tengah-tengah ujung depan
(terminal) dan dapat disembulkan. Ikan mas memiliki sungut sebanyak 2 pasang,
dan menurut Susanto, (1990) dalam
Firdaus (2002) merupakan tanda yang merupakan karakteristik untuk membedakan
ikan mas koki (Carasius auratus)
dengan ikan mas karper (Cyprinus carpio L.).
Sirip dorsal berukuran relatif panjang dengan bagian belakang berjari-jari
keras dan sirip terakhir yaitu sirip ketiga dan keempat bergerigi. Letak
permukaan sirip punggung bersebrangan dengan permukaan sirip perut (bagian
ventral). Sirip anal bergerigi. Gurat sisi terletak di pertengahan tubuh
melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Mustami,
1997).
Menurut Santosa (1993) dalam Mustami
(1997) menjelaskan bahwa antara induk jantan dan betina mempunyai ciri-ciri
yang berbeda-beda. Pada induk jantan sirip depan relatif panjang dan jari-jari
luar tebal dengan lapisan dalam yang kasar. Badan tipis dan ramping. Gerakan
lincah dan gesit. Lubang genital terletak tidak menonjol di belakang genital
papila. Apabila perut ditekan akan mengeluarkan sperma berwarna putih.
Sedangkan pada induk betina sirip dada relatif pendek, lunak dan jari-jari luar
tipis dengan lapisan dalam yang licin. Tubuhnya lebih tebal daripada induk
jantan pada umur yang sama dengan bagian perut yang melebar dan lunak. Gerakan
lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat. Lubang genital terletak
dibagian depan genital papila. Jika gonad matang, perut membulat dan lunak.
Genital papila mengembang dan berwarna kemerahan, lubang anus melebar,
menonjol, dan apabila perut ditekan akan mengeluarkan sel telur yang
transparan.
Gambar ikan mas (Cyprinus carpio L.)
Pemijahan
pada ikan mas dilakukan apabila ikan mas sudah dalam kondisi siap pijah. Antara
ikan mas jantan dan betina memiliki ciri yang berbeda yang menunjukkan bahwa
ikan tersebut sudah siap dipijah. Menurut Mantau (2004), ciri induk betina
matang yang siap pijah ditandai dengan gerakan yang lamban, perut membesar atau
buncit ke arah belakang, jika diraba terasa lunak, lubang anus agak membengkak
atau menonjol, dan bila perut diurut (striping)
perlahan ke arah anus akan ekluar cairan kuning kemerahan. Untuk induk jantan
gerakannya lincah, badannya langsing dan jika perut diurut akan keluar cairan
sperma berwarna putih seperti susu dari lubang kelamin.
B.
Poliploidi
Organisme
Poliploidi adalah suatu organisme yang mempunyai tiga atau lebih perangkat
kromosom (Ayala, dkk, 1984 dalam Corebima, 2000).
Menurut Firdaus (2002) poliplodi dapat dilakukan dengan perlakuan fisik
dan kimiawi, perlakuan fisik misalnya dengan cara pemberian kejuatan panas,
kejutan dingin, tekanan hidrostatik dan radiasi, sedangkan perlakuan kimiawi
dengan menggunakan zat-zat anti pembelahan misalnya kolkisin.
Poliploidi ini dapat dibagi menjadi 2
berdasarkan asal perolehan set kromosomnya yaitu autopoliploidi dan allopoliploidi. Autopoliplodi jika set kromosom
berasal dari spesies yang sama atau berasal dari pengandaan kromosom sendiri,
autopoliplodi memiliki set kromosom atau genom dasar yang merupakan pasangan
kromosom homolog diantara mereka yang terlihat dari berpasangan kromosom pada
waktu meiosis. Yang termasuk
autopoliploidi adalah triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n),
Heksaploid (6n). Alopoliplodi jika set kromosom berasal dari spesies yang
berbeda, alopoliplodi bisa terjadi karena persilangan alami maupun persilangan
buatan.
Poliploidi bisa terjadi
secara alami maupun secara buatan. Poliploidi secara buatan melibatkan campur
tangan manusia sedangkan poliploidi alami terjadi tanpa unsur kesengajaan. Pada
ikan, polipoliploidisasi dapat dilakukan dengan cara yang cukup mudah yaitu
dengan pemberian kejutan panas pada waktu tertentu setelah proses fertiliasi. Kejutan
suhu selain murah dan mudah juga efisien, dan dapat dilakukan dalam jumlah
banyak (Rustidja, 1991). Keberhasilan polipoliploidisasi melalui perlakuan
kejutan suhu sangat dipengaruhi oleh suhu kejutan, waktu kejutan dan lama
kejutan Proses tripoliploidisasi pada ikan prinsipnya
adalah mencegah atau menahan terjadinya
peloncatan polar body II dari telur atau pembelahan meiosis II, sedangkan tetrapoliploidisasi adalah perlakuan kejutan untuk
mencegah pembelahan pertama (first
cleavage) atau sebelum pembelahan
mitosis I.
C. Pembentukan ikan
poliploid
Pada umumnya pembentukan organisme baru diawali dengan
proses fertilisasi antara ovum dan sperma dari dua induk. Ovum terbentuk dari proses
oogenesis dan sperma terbentuk dari proses spermatogenesis. Pembentukan ikan
poliploidi tidak dapat dipisahkan dari proses fertilisasi, oogenesis dan
spermatogenesis. Ovum yang telah dibuahi pada proses fertilisasi akan
melanjutkan pembelahan meiosis II dan terbentuklah sel polar body II, sehingga
pada zigot terdapat pronukleus jantan (n) dan pronukleus betina (n) yang
akhirnya membentuk zigot diploid, dan selanjutnya zigot akan melakukan
pembelahan mitosis. Pada proses meiosis II dan
pembelahan zigot tersebut, ada peluang untuk dilakukan manipulasi kromosom
dengan menggunakan induksi poliploidisasi. Terkait dengan perlakuan induksi
poliploidisasi dengan kejutan panas ataupun kejutan dingin. Ada tiga hal yang
perlu diperhatikan yaitu awal kejutan, intensitas suhu kejutan dan lama kejutan
yang nilai parameter masing-masing berbeda untuk tiap spesies ikan Firdaus
(2002) dalam Sofiana (2008).
Gambar
proses
dasar pembentukan ikan diploid, triploid, dan tetraploid
1. Pembentukan
ikan triploid
Ikan
triploid dapat terbentuk apabila terjadi perkawinan antara ikan tetraploid (4n)
dengan ikan diploid (2n). induk yang memiliki 4n kromosom akan menghasilkan
gamet yang diploid (2n), sedangkan induk yang memiliki 2n kromosom akan
menghasilkan gamet yang haploid (1n). Apabila kedua gamet ini melakukan
fertilisasi maka akan terbentuk
individu yang triploid. Selain itu ikan triploid dapat dibentuk dengan cara
induksi polipoliploidisasi, misalnya dengan kejutan panas. Kejutan panas pada
dasarnya dimaksudkan untuk mencegah terjadinya peloncatan polar bodi II selama
pembelahan meiosis II setelah terjadi fertilisasi tepatnya antara metafase dan
anafase. Dengan demikian, ovum tetap mempunyai dua set perangkat kromosom yang
ditambah satu perangkat kromosom dari pronukleus jantan sehingga terbentuklah
zigot dengan tiga set kromosom (triploid). Hal tersebut diperkuat
oleh beberapa penelitian sebelumnya terutama pada ikan mas (Cyprinus carpio L.). Menurut Carman, et
al. (1991), pembentukan ikan triploid dilakukan dengan cara memberikan
kejutan panas pada waktu 3-7 menit setelah fertilisasi. Pemberian kejutan panas
40°C pada waktu 3 menit setelah fertilisasi selama 2 menit mempunyai
efektivitas yang tinggi menghasilkan ikan triploid (Firdaus, 2002).
2. Pembentukan
ikan tetraploid
Pembentukan
ikan tetraploid pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama dengan pembentukan
ikan triploid. Kesamaan ini terletak pada dasar pemberian kejutan panas yaitu
untuk merusak terbentuknya benang spindel (mikrotubul). Namun Firdaus (2002),
menyatakan bahwa pemberian kejutan panas dalam pembentukan ikan tetraploid
dilakukan pada waktu yang berbeda dengan pembentukan ikan triploid yaitu 20 –
40 menit setelah terjadinya fertilisasi. Pada waktu tersebut zigot hasil
fertilisasi sudah melakukan replikasi kromosom dan akan melakukan pembelahan
mitosis. Setelah diberi kejutan panas maka pembelahan sel secara mitosis pada
zigot diploid setelah terjadi penggandaan kromosom dapat dicegah sehingga
terbentuk sel tetraploid.
D.
Nukleolus
Nukleolus merupakan organel yang terdapat di dalam
inti. Nukleolus mempunyai dua fungsi yaitu mengatur pembelahan sel dan
mensintesa ribosom bersama asam nukleatnya. Schwarzcher dan Wachtler (1983)
dalam Mukti, dkk (2001) mengatakan bahwa nukleolus merupakan struktur yang nampak
pada tahap interfase dan muncul akibat adanya aksi gen dalam NOR (Nuclear Organizer Region), yaitu bagian
dari kromosom yang merupakan daerah khusus dari interfase. Nukleolus
berdiferensiasi selama interfase di sekitar NOR. Jumlah nukleolus bervariasi atau
tetap tergantung pada spesies dan jumlah kromosom yang memiliki NOR.
Penghitungan nukleolus merupakan metode yang secara tidak langsung dalam
mengidentifikasi ploidi pada beberapa jenis ikan. Dari berbagai hasil
penelitian diperoleh bahwa jumlah maksimum nukleolus berbeda pada jenis ikan
yang berbeda. Carman (1990) dalam percobaan pada ikan loach mendapatkan satu atau dua nukleus dalam sel ikan
diploid.
Menurut Smith, dkk.
(1999:6) nukleolus merupakan pembuat ribosom. Dari uraian tersebut nukleolus memiliki
peran penting untuk mensintesis ribosom mulai dari transkripsi DNA ribosom
menjadi RNA-r, pemrosesan hasil transkripsi dan pembentukan subunit-subunit
ribosom termasuk penggabungan dengan protein ribosom.
Menurut Campbell (2010),
nukleolus merupakan suatu struktur di dalam inti yang merupakan lokasi
pembentukan dan penimbunan prekursor ribosom sekaligus pembentukan sub unit
ribosom dan sebagai tempat transkripsi gen RNAr serta tempat memproses molekul
pra RNAr. Nukleus akan tampak berwarna kekuningan atau kecoklatan, sedangkan
nukleolus berwarna hitam. Pewarnaan perak nitrat akan memperlihatkan nukleolus
berwarna hitam dalam nukleus yang berwarna kuning.
Nukleolus secara struktural terdiri dari tiga
daerah, yaitu Fibrillar Centers (FCs),
Dense Fibrillar Component (DFC) dan Granular Component (GC). FC tampak
sebagai struktur fibriler yang merupakan tempat akumulasi rRNA dan tempat
terjadinya transkripsi. DFC secara struktural bersifat homogen, namun
sebenarnya tersusun atas komponen yang heterogen. GC merupakan tempat tahap
akhir dari pematangan rRNA, yaitu penggabungan antara pre RNA dengan protein
ribosom (Medina, 1999 dalam Firdaus, 2002).
BAB
III
KERANGKA
KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1
Kerangka Konseptual
Kerangka
konseptual yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.2
Hipotesis
Hipotesis
yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
3.2.1 Terdapat keragaman frekuensi kemunculan jumlah
nukleolus tiap ploidi pada ikan mas (Cyprinus
carpio L.) hasil poliploidisasi dan tanpa poliploidisasi.
3.2.2
Terdapat hubungan tingkat ploidi
dengan jumlah maksimum nukleolus ikan
mas (Cyprinus carpio L.) akibat
induksi kejutan panas.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Pada
penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cara menghitung frekuensi
nukleolus yang teramati pada tingkat ploidi ikan mas (Cyprinus carpio L. ) untuk mengetahui perbandingan jumlah nukleolus
yang teramati dan untuk mengetahui variasi dalam individu.
B.
Waktu
dan Tempat Penelitian
1. Waktu
penelitian
Kegiatan
penelitian ini dimulai pada tanggal 24
Januari 2014 sampai 20 April 2014.
2. Tempat
Penelitian
Pemijahan
dan pemeliharaan ikan dilakukan di Balai Benih Ikan (BBI) Kepanjen Malang.
Pemeliharaan
ikan dan pengamatan dilakukan di ruang Genetika 310 jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Malang.
C. Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah ikan mas hasil pemijahan
2. Sampel
Sampel dalam
penelitian ini adalah ikan yang diambil sirip ekornya untuk diamati
nukleolusnya
D. Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam pemijahan, pemeliharaan dan pengamatan ikan pada
praktikum ini meliputi:
Ø Alat
Berikut
daftar alat beserta kegunaannya:
1.
kolam
untuk pemijahan induk ikan, penetasan dan pemeliharaan ikan;
2.
sped
suntik untuk mengencerkan dan menyimpan sperma;
3.
mangkok
kecil untuk tempat fertilisasi;
4.
bulu ayam untuk
membantu mempercepat fertilisasi;
5.
aquarium
penetasan untuk penetasan telur hasil fertilisasi;
6.
saringan
untuk media penetasan telur;
7.
kompor dan panci untuk
memanaskan air
8.
bak berisi air panas, untuk tempat perlakuan kejutan panas;
9.
termometer
untuk mengetahui temperatur air;
10.
aerator
untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam air;
11.
timer
untuk mengetahui waktu selama pemberian kejutan panas dan waktu selama pembuatan
preparat;
12.
gelas
ukur untuk menakar larutan-larutan yang diperlukan selama penelitian;
13.
silet
tajam untuk mencacah jaringan dalam pembuatan preparat;
14.
pipet
tetes untuk mengambil larutan dan suspensi jaringan dalam pembuatan preparat;
15.
gelas
arloji untuk tempat mencacah jaringan sirip ekor dalam pembuatan suspensi
jaringan;
16.
box
staining untuk menginkubasi preparat selama pewarnaan perak nitrat;
17.
botol
vial untuk menyimpan larutan pewarna seperti larutan A dan larutan B
dan untuk tempat fiksasi;
18.
tusuk
gigi untuk meratakan pewarna perak nitrat dalam pembuatan preparat nukleolus;
19.
pinset
untuk mengambil atau memegang selama pembuatan preparat;
20.
timbangan
analitik untuk menimbang bahan yang diperlukan;
21.
hand
counter untuk alat bantu menghitung nukleolus;
22.
kaca
benda untuk pembuatan preparat;
23.
mikroskop
binokuler perbesaran 1000 kali untuk pengamatan preparat;
24.
kamera
digital untuk pemotretan hasil pembuatan preparat melalui mikroskop.
Ø Bahan
Berikut
daftar bahan dan kegunaannya:
1.
induk
ikan mas yang siap kawin;
2.
larutan
ringer untuk media ketika fertilisasi;
3.
larutan
garam fisiologis untuk mengencerkan sperma ikan;
4.
metilen
blue untuk mencegah jamur pada aquarium;
5.
aquades
untuk pelarut bahan larutan dalam penelitian;
6.
alkohol
70% untuk merendam kaca benda;
7.
larutan
carnoy untuk larutan fiksatif;
8.
asam
asetat glasial untuk larutan fiksatif carnoy dan asam asetat 50% untuk
pengencer suspensi jaringan;
9.
AgNO3
(perak nitrat) untuk pewarna preparat nukleolus;
10.
gelatin
untuk pembuatan larutan B;
11.
gliserin
untuk pembuatan larutan B;
12.
air
kran untuk mencuci preparat;
13.
xylol
untuk membersihkan lensa mikroskop;
14.
kertas
lensa sebagai media permbersih;
E.
Prosedur
kerja
Ø Langkah
kerja selama pemijahan, fertilisasi, dan pemberian perlakuan adalah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan
indukan jantan dan betina yang sudah matang gonad;
2. Menempatkan
ikan pada satu kolam;
3. Menunggu
ikan untuk siap kawin (ditunjukkan dengan sikap ikan yang mulai gelisah di
kolam);
4. Ketika
sudah ditetapkan bahwa siap kawin, ikan ditangkap dan diambil telurnya bagi
yang betina, bagi yang jantan diambil spermanya
5. Telur
diambil dengan cara stripping pada ikan betina, kemudian setelah didapat
ditambahkan larutan ringer agar telur tidak mati
6. Untuk
sperma diambil dengan spet suntik secara perlahan agar tidak tercampur dengan
darah. Setelah didapat,
ditambahkan larutan fisiologis 0, 9 % untuk pengenceran dengan konsentrasi 9:1.
7. Mencampur
sperma dengan sel telur yang telah disiapkan sebelumnya pada sebuah wadah
(disini menggunakan mangkok kecil)
8. Mengaduk
campuran sperma dan sel telur dengan bulu ayam hingga dirasa telah tercampur
9. Telur
yang telah dicampur dengan sperma dituang kedalam bak perlakuan dengan
hati-hati dan merata agar tidak terjadi penggumpalan
10. Untuk
menghasilkan ikan diploid, diberi perlakuan normal tanpa kejutan panas.
11. Pembuatan ikan triploid dilakukan dengan memberi kejutan
panas pada 3 menit setelah difertilisasi dengan suhu 40o C selama
1,5 menit.
12. Pembentukan ikan tetraploid dilakukan dengan memberi
kejutan panas pada 29 menit setelah difertilisasi dengan suhu 40o C
selama 1,5 menit.
13. Setelah ikan menetas, ikan dipelihara dalam aquarium dan
memberinya makan dengan kuning telur ayam dan ketika sudah agak
besar diberi cacing sutra.
Ø Pembuatan
larutan
1. Larutan
A: melarutkan perak nitrat sebanyak 70gram pada aquades sebanyak 140 gram.
Perbandingan antara perak nitrat dan aquades adalah 1:2
2. Larutan
B: melarutkan gelatin 22 gram
dalam 50 ml aquades hangat, ditambah 50 ml gliserin jenuh
3. Larutan
Carnoy: mencampurkan asam asetat glasial jenuh dengan alcohol absolute dan
klorofom dengan perbandingan sebanyak 1:1:1
4. Larutan
asam asetat: melarutkan asam asetat glasial sebanyak 50 ml ditambahkan dengan
aquades hingga 100 ml
Ø Pembuatan
preparat dan pengamatan
1. Memotong sirip kaudal (ekor) ikan dan memfiksasinya dalam
larutan carnoy selama 24 jam, pada 30 menit pertama larutan carnoy lama diganti
dengan yang baru.
2. Meletakkan potongan sirip diatas gelas arloji,
mencacahnya dengan silet tajam sambil menetesi dengan asam asetat 50 % sampai
terbentuk suspensi sel ± 60 menit.
3. Meneteskan suspensi sel pada kaca benda yang telah
direndam dalam alkohol absolut selama 1 hari menggunakan pipet tetes.
4. Setelah suspensi diteteskan pada kaca preparat sebanyak 2 ring.
5. Suspensi dikeringkan, setelah kering kemudian ditetesi
dengan larutan A (1 tetes) dilanjutkan dengan meneteskan larutan B (yang sudah
dicairkan dengan air panas) dan meratakannya dengan tusuk gigi.
6. Meletakkan preparat pada box straining yang suhunya
dipertahankan 40°-50° C ditunggu sekitar 20-30 menit.
7. Mengeluarkan preparat dari box straining dan
dibilas dengan air perlahan-lahan kemudian dikeringkan.
8. Setiap ring diamati sebanyak 3 bidang pandang dan diamati
dengan mikroskop perbesaran 1000 kali.
F. Teknik
Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
dengan cara menghitung jumlah nukleolus pada setiap ploidi. Satu preparat
berisi dua ring. Setiap ring dihitung jumlah nukleolusnya dalam tiga bidang
pandang. Penghitungan jumlah nukleolus dipergunakan untuk menentukan ploidi
tiap ikan. Hasil penghitungan jumlah nukleolus direkam pada tabel berikut.
Preparat
|
Ploidi
|
Ring A
|
Ring B
|
||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
||
1
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
|||||||
2
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
|||||||
3
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
|||||||
4
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
|||||||
5
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
|||||||
6
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
|||||||
7
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
|||||||
8
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
|||||||
9
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
|||||||
10
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
|||||||
11
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
|||||||
12
|
N
|
||||||
2n
|
|||||||
3n
|
|||||||
4n
|
G.
Teknik
analisis data
Teknik
analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji
statistik korelasi regresi linier sederhana yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara tingkat ploidi dan jumlah maksimum nukleolus yang
ditemukan, analisis varian (anava) tunggal yang digunakan untuk mengetahui
mengetahui perbedaan frekuensi jumlah nukleolus pada setiap ploidi ikan dengan
terlebih dahulu mengubah data menjadi persentase dan kemudian ditransformasi
dengan arc sin dan analisis prosentase untuk mengetahui variasi jumlah ploidi
pada tiap sel ikan mas.
Daftar rujukan
Campbel, N. A et al.
2010. Biology 5th Edition. New York:
Mc graw Hill co.
Carman, O., Oshiro, T., dan Takashima, F. 1990. Estimation of Effective Condition for
Induction of Poliploidi in Goldfish,
Caurassius auratus Linnaeus. Tokyo University Fisheries. Tokyo: Tokyo
Suisandai Kempo.
Corebima, A.D. 2000. Genetika
Mutasi dan Rekombinasi. Malang: UM Press.
Firdaus, Syarifin. 2002. Studi Tentang Jumlah Nukleolus sebagai Metode Analisis Ploidi Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.) Ras Punten hasil
Poliploidi Kejutan Panas. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: Biologi FMIPA
UM.
Hardjamulia,A.
1995. System Pengadaan Stok Induk Ikan
Mas Unggul. Makalah disampaikan pada pelatihan Pengelolaan Induk Ikan Mas
di Balai Budidaya Air Tawar, tanggal 10-24 Desember 1995.
Mantau,
zulkifli dkk. 2004. Pembenihan Ikan Mas
yang Efektif dan Efisien. (Online), (http:// http://pustaka.litbang.deptan.go.id,
diakses tanggal 19 April 2014).
Mukti, dkk. 2001. Poliploidisasi
Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Malang:
BIOSAIN VOL. 1 Brawijaya Press.
Mustami,
Khalifah. 1997. Studi PembentukanPoliploid
pada Mas (Cyprinus carpio L.) Ras
Punten dengan Kejutan Suhu Panas. Tesis (tidak diterbitkan). Malang: Pasca
Sarjana UM.
Rustidja. 1991. Aplikasi
Manipulasi Kromosom pada Program Pembenihan Ikan. Jakarta: PT. Widya
Nusantara.
Shofiana, Rila. 2008. Teknik Poliploidisasi pada Ikan Mas
(Cyperinus carpio L.). (Online),
(http://www. http://sidika.wordpress.com, diakses tanggal 17 April 2014).
Smith,
CA., Wood EJ. 1999. Molecular Biology and
Technologi. 1st Edition. London: Chapman & Hall Limited.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar