Kamis, 13 November 2014

model siklus belajar dan struktur pembelajarannya

A.    Pengertian Siklus Belajar
Siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). Pengembangan model ini pertama kali dilakukan oleh Science Curriculum Improvement Study (SCIS) pada tahun 1970-1974. Model ini dilandasi oleh pandangan kontruktivisme dari Piaget yang berangapan bahwa dalam belajar pengetahuan itu dibangun sendiri oleh anak dalam struktur kognitif melalui interaksi dengan lingkungannya. Siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi, yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Siklus belajar pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their dalam Renner et al, 1988).
Siklus  belajar patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner et al, 1988), teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi : struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah  organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang  dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi (Arifin, 1995). Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi individu berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada konsisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur mental.
Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki. Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam menghadapi masalah. Karplus dan Their dalam Renner et al, 1988 mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di atas.
Dalam hal ini pembelajar diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi  dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Unsur-unsur teori belajar Piaget (asimilasi, akomodasi, dan organisasi) mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam Siklus Belajar (Abraham et al, 1986).
B.     Fase atau Tahap Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar
Dalam pembelajaran model siklus belajar (learning cycle) terdapat 3 fase penting yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep,  dan penerapan konsep.
Pada fase eksplorasi siswa diberi  kesempatan untuk mengeksplorasi materi secara bebas. Siswa melakukan berbagai kegiatan ilmiah seperti mengamati, membandingkan, mengelompokkan, menginterpretasikan dan yang lainnya, sehingga menemukan konsep-konsep penting sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Ada kalanya konsep yang ditemukan sudah sesuai dengan konsepsi awal mereka sehingga langsung diasimilasikan ke dalam struktur kognitifnya tetapi ada juga konsep yang tidak sesuai  sehingga menimbulkan konflik kognitif. Melalui diskusi dan bertanya pada teman maupun guru, siswa mengakomodasi konsep tersebut untuk dapat diasimilasikan. Dengan cara demikian siswa mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Pada fase ini aktivitas kebanyakan dilakkan oleh siswa sedang guru hanya memberikan orientasi tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan kegiatan siswa, memberikan motivasi, serta mengidentifikasi dan membimbing siswa yang mengalami konflik kognitif. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan guru membimbing siswa mengumpulkan data untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari. Disinilah guru mempunyai banyak peluang untuk melatih keterampilan proses dan sikap ilmiah para siswa sesuai dengan apa yang ditargetkan dalam rencana pembelajaran.
Pada fase pengenalan kosnep peran guru lebih dominan. Dengan menggunakan metode yang sesuai, guru membantu siswa mengidentifikasi konsep, prinsip, dan hukum-hukum yang berhubungan dengan pengalaman pada fase eksplorasi. Dalam tahap ini guru berperan lebih tradisional. Guru mengumpulkan informasid ari murid-murid yang berkaitan dengan pengalaman mereka dalam eksplorasi. Bagian pelakaran ini merupakan waktu untuk menyusun pembendaharaan kata. Materi-materi seperti buku, alat pandang dengar dan materi tertulis lainnya diperlukan untuk penyusunan konsep.
Fase terakhir adalah penerapan konsep. Pada fase ini siswa diminta untuk menerapkan konsep yang baru mereka pahami untuk memecahkan masalah-masalah dalam situasi yang berbeda. Dalam hal ini guru bertugas untuk menyiapkan berbagai kegiatan atau permasalahan yang relevan dengan konsep yang sedang dibahas. Pada fase ini, peserta didik diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkakan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena peserta didik mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.
Dengan menggunakan pendekatan siklus/daur belajar, dapat diciptakan kesempatan untuk memberikan pengalaman fisik, interaksi sosial, danr euglasi sendiri. Dengan kata lain, dengan menggunakan pendekatan ini dapat diciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang menginkorporasikan tiga variabel yang berperanan dalam pembentukan konsep. Tahap eksplorasi memberikan murid-murid pengalaman fisik dan interaksi sosial. Pengalaman ini mendorong asimilasi atau mungkin menyebabkan murid untuk bertanya tentang pemikiran mereka mengenai konsep tertentu, menciptakan disekuilibrasi. Pengalaman fisik juga membantu murid dalam menumbuhkan image mental dari gagasan baru atau istilah-istilah baru yang disampaikan dalam tahap pengenalan konsep.
Karena gagasan-gagasan atau istilah-istilah baru disampaikan dalam pengenalan konsep, murid-murid mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan gagasan baru dan dengan guru serta dengan teman. Interaksi ini cukup untuk membantu murid mengasimilasi atau mengakomodasi gagasan tertentu. Tahap penerapan konsep mendorong interaksi fisik dan sosial tambahan dengan memberikan kesempatan mereka untuk menggunakan agasan-gagasan dan istilah-istilah  baru ini dalam situasi yang berbeda. Pengalaman-pengalaman ini membantu menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama tahap eksplorasi dan pengenalan konsep, memberikan kesempatan tambahan untuk terjadinya regulasi sendiri.
Dengan perhatian tetap diarahkan pada murid-murid, variabel pembentukan konsep (kematangan fisik) dapat juga diakomodasi dengan siklus belajar. Menurut para pakar teori kognitif, murid-murid hanya dapat menginternalisasi konsep bilamana mereka telah “siap mental”. Oleh karena itu, dengan pemilihan konsep-konsep/topik yang tepat dari masing-masing pelajaran, murid-murid dapat diberi pengalaman-pengalaman belajar yang cocok dengan kemampuan penalarannya.
C.    Pengembangan Model Siklus Belajar dalam Pembelajaran
1.      4E Learning Cycle
Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran yang khas untuk pembelajaran Biologi. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa siklus belajar mempunyai relevansi dengan langkah-langkah belajar sains. Siklus belajar yang dimaksud di sini adalah siklus belajar yang terdiri dari empat langkah atau empat tahap (4-E) yaitu: eksplorasi (exploration), eksplanasi (explanation), ekspansi (expansion), dan evaluasi (evaluation) (Martin,1997).
2.      5E Learning Cycle
Inti dari model siklus belajar terdiri dari tiga fase yaitu fase eksplorasi, fase eksplanasi dan fase aplikasi (Lawson, 1994:136). Siklus belajar ini kemudian berkembang berdasarkan kebutuhan lapangan menjadi lima fase dan dikenal dengan the 5 E Learning Cycle Model (Bybee, et al.,1989). Model siklus belajar ini terdiri dari lima tahap kegiatan yaitu Engagement (pendahuluan), Exploration (eksplorasi), Explanation (eksplanasi), Elaboration (elaborasi), dan Evaluation (evaluasi). Secara struktural, model siklus belajar 5 tahap ini lebih sesuai dengan struktur pembelajaran IPA yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kesesuaian tahapan siklus belajar dan pembelajaran IPA dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Struktur Pembelajaran IPA
The 5 E Learning Cycle
Kegiatan Awal
Engagement
Kegiatan Inti
Exploration
Explanation
Elaboration
Kegiatan Penutup
Evaluation

3.      7E Learning Cycle
Tujuh tahapan dalam model siklus belajar 7E memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran, mengaitkan konten/ materi dengan konteks nyata, menemukan konsep, menerapkan konsep, bekerjasama dalam memecahkan masalah, memindahkan, mengaitkan dan mengembangkan konsep-konsep yang telah dipahami dalam konteks yang baru. Tujuh tahapan tersebut meliputi elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend.
Tahapan elicit yang merupakan tahapan awal untuk mengungkan pengetahuan awal siswa melalui pemberian beberapa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan konsep-konsep biologi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, maka guru dapat mengoptimalkan perannya dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan mampu memotivasi mereka untuk menggali informasi lebih banyak.
Pada tahapan enggage, siswa dimotivasi melalui contoh tandingan yang dilakukan untuk menunjukkan ketidakcocokan antara pengetahuan awal siswa yang masih miskonsepsi dengan konsep-konsep yang lebih ilmiah. Melalui kegiatan tersebut, maka dalam diri siswa akan muncul rasa tidak puas (dissatisfied) terhadap pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan siswa akan lebih termotivasi untuk mempelajari konsep dan prinsip lebih jauh. Dengan terjadinya pertentangan kognitif sehingga akan mendorong terjadi kondisi tidak sesuai atau disekuilibrium, dalam kondisi ini siswa akan lebih terdorong untuk mencari jawaban atas ketidaksesuaian tersebut.
Tahapan explore merupakan tahapan yang ketiga, pada tahapan ini siswa melakukan penyelidikan atau pencarian sumber-sumber informasi untuk mendukung pengetahuannya atau menemukan konsep-konsep baru. Melalui tahapan ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembagkan indikator pemahaman konsep menginterpretasi, menduga, membandingkan, dan menjelaskan. Dalam tahapan ini siswa dilibatkan dalam kegiatan yang memotivasi dan membutuhkan pengalaman hands-on. Hal ini sejalan dengan pernyataan Resnick (1981) yang menerangkan bahwa seseorang yang belajar itu pada dasarnya adalah membentuk pengertian.
Tahapan explain, siswa memaparkan dan menjelaskan kepada siswa lainnya mengenai hasil-hasil yang diperoleh dari tahapan eksplorasi melalui kegiatan diskusi kelas. Dalam tahapan ini siswa berkesempatan mengembangkan indikator pemahaman konsep yaitu menjelaskan, mengintepretasi data dan meringkas informasi yang mereka peroleh pada tahap explore. Selain itu siswa juga latih untuk membuat kesimpulan berdasarkan data yang mereka peroleh, dengan begitu siswa dituntut untuk dapat mengkaitkan antara pengetahuan teoritis dan pengetahuan empiris yang mereka miliki.
Tahapan elaborate, siswa diharapkan dapat mengaitkan atau mengembangkan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam memecahkan permasalahan yang berbeda. Pada tahap ini siswa dapat mengembangkan indikator pemahaan konsep yaitu menduga, menginterpretasi, menjelaskan dan membandingkan.
Tahapan evaluate merupakan tahapan untuk mengevaluasi siswa dengan kata lain untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan siswa terhadap konsep-konsep baru yang dipelajari. Dalam tahap ini kemampuan siswa dalam menginterpretasi, memberikan contoh, mengklasifikasi, meringkas, menduga, membandingkan dan menjelaskan akan dievaluasi oleh guru.
Tahapan extend yang merupakan tahapan terakhir, tahapan ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan seluruh indikator pemahaman konsep untuk mengaitkan konsep-konsep baru yang telah diperoleh dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam situasi yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, para siswa harus menemukan bahwa konsep-konsep baru tersebut bermanfaat.
D.    Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar
Ditinjau dari dimensi peserta didik, penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut :
1.      Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
2.      Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.
3.      Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, 2000).
1.      Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
2.      Menurut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
3.      Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan  terorganisasi.
4.      Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.

E.     Cara agar Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar dapat Berlangsung Baik
Agar tujuan pembelajaran tercapai, kegiatan-kegiatan dalam setiap fase-fase harus dirangkai dengan baik. Kompetensi yang bersifat psikomotorik dan afektif misalnya akan lebih efektif bila dikuasai melalui kegiatan  semacam praktikum, lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar siklus belajar berlangsung konstruktivistik menurut Hudojo (2001) adalah :
1.      Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
2.      Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.
3.      Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungan.
4.      Tersedianya media pembelajaran.
5.      Kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.





Daftar Rujukan

Abraham, M.R., Renner J.W.. 1986.The Sequence of Learning Cycle Activity in High School Chemistry. J. of Research in Science Teaching. Vol 23 (2), pp 121-143.
Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.
Bybee, W. Roger et. al. (1989). The BSCS 5E instructional model: origins, effectiveness, and applications. Colorado Springs: BSCS.
Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA UM. 9 Juli 2001.
Lawson A.E., (1994), Science Teaching And The Development of Thinking, Belmont, California : Wadswort Publishing Company.
Martin,R.L. 1997. Teaching Science For All Children. Boston:Allyn and Bacon
Renner, J.W., Abraham M.R.,Birnie, H.H. 1988. The Necessity of Each Phase of The Learning Cycle ini Teaching High School Physics. J. of Research in Science Teaching. Vol 25 (1), pp 39-58.
Resnick, L.B. 1981. The Psycology of Mathematics for Instruction. Tersedia pada www.questia.com diakses tanggal 2 November 2014.
Soebagio dkk. 2000. Penggunaan Siklus belajar dan Peta Konsep untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Konsep Larutan Asam-Basa. PPGSM.

Tisno H, Saroso Purwadi. 1995. Daur Belajar Bidang IPA. Jakarta.

contoh skenario pembelajaran simulasi

SKENARIO PEMBELAJARAN

Mata pelajaran                                     : Biologi
Sasaran                                                : Siswa SMA Kelas XII IPA Semester 1
Durasi                                                  : 1 jam pelajaran (1 x 30 menit)
Keterampilan yang diunggulkan         : keterampilan mengajar simulasi
Materi Pembelajaran                           : Peristiwa mutasi
Kompetensi inti                                    :Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan proseduran pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
Kompetensi Dasar                                : Mendeskripsikan peristiwa mutasi dan implikasinya dalam salingtemas
Indikator :  1. Menjelaskan peristiwa mutasi
2. Menyebutkan macam-macam mutasi
3. Mengaitkan konsep mutasi dengan konsep ketuhanan
Tujuan pembelajaran               :
Indikator
Tujuan
1. Menjelaskan peristiwa mutasi
      a. siswa kelas XII IPA semester 1 dapat menjelaskan pengertian mutasi dengan benar melalui diskusi kelas
2.    Menyebutkan macam-macam mutasi
a.         Siswa kelas XII IPA semester 1 dapat menjelaskan tentang mutasi gen dan mutasi kromosom dengan benar melalui tanya jawab
b.        Siswa kelas XII IPA semester 1 dapat mengetahui proses mutasi gen yaitu duplikasi dengan benar melalui metode simulasi
c.         Siswa kelas XII IPA semester 1 dapat mengetahui proses mutasi gen yaitu adisi dengan benar melalui metode simulasi
d.        Siswa kelas XII IPA semester 1 dapat mengetahui proses mutasi gen yaitu delesi dengan benar melalui metode simulasi
e.         Siswa kelas XII IPA semester 1 dapat mengetahui proses mutasi gen yaitu inversi dengan benar melalui metode simulasi
f.         Siswa kelas XII IPA semester 1 dapat mengetahui proses mutasi gen yaitu substitusi dengan benar melalui metode simulasi
3.      Mengaitkan konsep mutasi dengan konsep ketuhanan
a.         Siswa kelas XII IPA semester 1 dapat mengaitkan konsep mutasi yang didapat dengan konsep ketuhanan melalui ceramah





Skenario Pembelajaran
Pembukaan
Durasi waktu : 5 menit
1.      Guru masuk kelas dan mengucapkan salam.
2.      Guru meminta ketua kelas memimpin doa sebelum memulai pelajaran.
3.      Guru mempresensi kehadiran siswa.
4.      Guru menanyakan kesiapan siswa menerima materi pelajaran “Apa kabar anak-anak?”
5.      Guru menarik perhatian siswa dengan media pembelajaran berupa model DNA
6.      Guru mengkaitkan materi pelajaran minggu lalu yang telah dipelajari mengenai kromosom, DNA, dan gen
7.      Guru menjelaskan secara singkat mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada hari ini.
8.      Guru mengarahkan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pernapasan dari kegiatan tersebut.
9.      Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok secara heterogen dengan jumlah masing masing kelompok 5/6 orang.
Inti
Durasi waktu : 20 menit
5 menit pertama siswa mendengarkan penjelasan guru
10 menit bermain peran
5 menit selanjutnya mengerjakan LKS dan diskusi kelompok
1.      Guru membagi LKS pada siswa
2.      Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang materi mutasi
3.      Guru mempersiapkan siswa untuk melakukan simulasi mutasi gen
4.      Guru memanggil 2-3 orang perwakilan dari setiap kelompok
5.      Guru meminta siswa untuk melakukan simulasi terjadinya mutasi gen (duplikas, adisi, delesi)
6.      Guru memberikan penjelasan bersamaan dengan kegiatan simulasi (duplikas, adisi, delesi)
7.      Guru meminta siswa kloter pertama untuk duduk dan memanggil siswa kloter kedua (yang belum melakukan simulasi)
8.      Guru meminta siswa melakukan simulasi terjadinya mutasi gen (inversi dan substitusi)
9.      Guru memberikan penjelasan bersamaan dengan kegiatan simulasi (inversi dan substitusi)
10.  Guru membimbing simulasi yang dilakukan siswa
11.  Guru menghentikan simulasi
12.  Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS dan berdiskusi di kelompoknya




Penutup
Durasi waktu : 5 menit
1.      Guru membantu siswa untuk mengungkapkan kesulitan yang dihadapi
2.      Guru membagi soal post test kepada siswa
3.      Guru membantu siswa membuat kesimpulan
4.      Guru menarik kembali LKS yang telah diberikan
5.      Guru memotivasi siswa untuk terus belajar dengan rajin dan selalu membaca buku.
6.      Guru menanyakan kepada siswa, “Apakah anak-anak ada yang bertanya atau menyampaikan pendapat sebelum pelajaran hari ini Ibu tutup?”
7.      Guru memberikan penguatan dan menghubungkan materi dengan konsep ketuhanan (menghubungkan mutasi dengan keanekaragaman individu)
8.      Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa
9.      Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam

Metode yang digunakan         : ceramah, diskusi kelompok, diskusi kelas, dan simulasi
Properti yang digunakan        : power point, Lembar Kerja Siswa, kertas bertuliskan basa nitrogen.




DAFTAR PENILAIAN SISWA
No.
Nama Siswa
Keaktifan
Bertanya
Menjawab
1
Afif Saifudin


2
Dewa Ayu S


3
Alfiah N. R


4
Atika F


5
Bima D.


6
Diah Ayu P.


7
Endah H.


8
Fatimah Dewi R. S.


9
Fina Zakiyah


10
Fetty H.


11
Gupita Laksmi


12
Humila Ainun


13
Indah N. L.


14
Nadhia K. D.


15
Pipit Tri H


16
Putri I.


17
Rifatul A.


18
Rizky Alfarizy


19
Sinta A.


20
Sinta R. W.


21
Utaria Mutasam