TEORI KOGNITIVISME
DAN RELEVANSINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN BIOLOGI
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
TEORI BELAJAR KOGNITIF
A.
Pengertian
Teori Belajar Kognitif
Kognitif merupakan salah satu ranah
dalam taksonomi pendidikan.Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual
yang terdiri dari tahapan; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan
bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkankemampuan aspek rasional yang
dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori
behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang
diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada
dirinya.
Teori kognitif merupakan suatu bentuk
teori belajar yang sering disebut sebagai modelkemampuan untuk mengoptimalkan
suatu proses pemahaman terhadap suatu objek. Teori kognitif menyatakan bahwa
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan dirinya.Belajar merupakan perubahan persepsi
dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang
nampak.
Secara umum teori kognitif memiliki
pandangan bahwa belajar atau pembelajaranadalah suatu proses yang lebih
menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi,
dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar
juga dapat dikatakan bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berfikir yang
sangat kompleks dan komprehensif.
B.
Macam Teori Belajar Kognitif
Teori Gestalt
Teori
Gestalt termasuk dalam kelompok aliran kognitif holistik. Teori gestalt ini
dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan Wertheimer. Menurut teori ini, belajar
adalah mengembangkan insight. Insight sendiri merupakan pemahaman
terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Teori ini
berbeda dengan teori behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku
itu bersifat mekanistis, sehingga mengabaikan atau mengingkari peran insight. Menurut teori gestalt, insight
ini merupakan inti dari pembentukan tingkah laku.
Kohler
melakukan percobaan dengan simpanse untuk membuktikan bahwa insight itu merupakan inti dari
pembentukan tingkah laku. Simpanse tersebut ditaruh dalam kandang. Kemudian di
dalam kandang disediakan tongkat, dan di luar kandang disediakan pisang.
Setelah dibiarkan beberapa waktu, ternyata simpanse berhasil mengambil pisang
yang ada di luar kandang dengan tongkat yang telah disediakan.
Dari
percobaan tersebut, simpanse mengembangkan insight,
artinya simpanse tersebut dapat menghubungkan antara kandang, tongkat, dan
pisang. Pisang adalah makanannya, sementara dia ada di dalam kandang dan
kesulitan untuk meraihnya. Di dalam kandang ada tongkat yang dapat digunakan
untuk meraih pisangnya. Dari sinilah makna belajar dapat diambil, yakni belajar
menangkap makna dan hubungan antara komponen yang ada di lingkungannya.
Ciri
dari insight adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan
insight seseorang tergantung pada
kemampuan dasar orang tersebut, dan kemampuan dasarnya tergantung pada usia dan
posisi yang bersangkutan dalam kelompoknya.
2. Insight
dipengaruhi atau tergantung pada pengalaman masa lalunya yang relevan.
3. Insight tergantung
pada pengaturan dan penyelidikan lingkungannya. Dari contoh tersebut, simpanse
tidak dapat meraih pisang di luar kandang bila di dalam kandang tidak
disediakan tongkat.
4. Pengertian
merupakan inti dari insight. Melalui
pengertian, manusia akan dapat memecahkan persoalan.
5. Apabila
insight ini telah diperoleh, maka dapat
menghadapi persoalan dalam situasi yang berbeda dari yang pernah dihadapi
sebelumnya.
Nasution
(1982) mengemukakan beberapa prinsip penerapan dari teori gestalt itu, yakni :
1. Belajar
itu berdasarkan keseluruhan
Berbeda dengan
teori-teori belajar behavioristik yang menganggap bagian-bagian lebih penting
dari keseluruhan, teori Gestalt menganggap bahwa justru keseluruhan itu lebih
memiliki makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada
dalam keseluruhan. Sebuah kata akan bermakna manakala ada dalam sebuah kalimat.
Demikian juga kalimat akan memiliki makna apabila ada dalam suatu rangkaian
karangan.
Makna dari prinsip ini
adalah bahwa pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi
mesti berangkat dari suatu masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari
fakta.
2. Anak
yang belajar merupakan keseluruhan
Mengandung arti bahwa
membelajarkan anak bukan hanya intelektualnya saja, tapi mengembangkan pribadi
anak keseluruhan. Intelektual tidak ada artinya apabila tidak diikuti dengan
sikap baik dan pengembangan seluruh potensi yang ada.
3. Belajar
berkat insight
Insight
merupakan
pemahaman terhadap hubungan antarbagian dalam suatu situasi permasalahan.
Belajar akan terjadi jika dihadapkan pada suatu peersoalan yang harus
dipecahkan. Belajar bukan menghafal fakta. Tapi melalui persoalan itulah anak
akanmendapat insight yang sangat
bermanfaat untuk menghadapi setiap masalah.
4. Belajar
berdasarkan pengalaman
Pengalaman merupakan
kejadian penting yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku
individu. Belajar adalah memperbaiki pengalaman masa lalu yang terus
disempurnakan secara terus-menerus.
Contohnya saat tangan anak terkena
api maka untuk berikutnya anak tersebut akan lebih berhati-hati bila bermain
dengan api, karena saat terkena api dia merasakan panasnya api.
Teori Medan
Teori
ini dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori ini sama seperti teori Gestalt yang
menganggap belajar adalah proses pemecahan masalah. Menurut Lewin, ada beberapa
hal yang berkaitan dengan proses pemecahan masalah, yaitu :
1. Belajar
merupakan perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat memecahkan
masalah jika dia bisa mengubah struktur kognitif atau pola pikirnya. Contohnya,
setiap hari orang melewati jalan yang sama saat ke kantor, tapi suatu ketika
jalan itu rusak. Orang yang pola pikirnya tetap sama dan ingin menggunakan
jalan itu, pasti tidak akan sampai ke kantor. Namun orang yang belajar akan
berbalik arah dan mencari jalan lain untuk ke kantor yang dapat dilewati dengan
baik.
2. Pentingnya
motivasi. Motivasi merupakan faktor yang dapat mendorong individu untuk
berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu.
Contohnya ketika anak
kecil yang belum bisa bersepeda akan mencoba dan belajar hingga dia bisa. Hal
ini dikarenakan teman sepermainan dia sudah bisa bersepeda, dan dia ingin
bersepeda bersama temannya.
Motivasi juga dapat
timbul karena pengalaman yang menyenangkan.
Misalnya saja ketika anak menjadi
juara kelas, dia akan senantiasa belajar lebih giat dan rajinuntuk
mempertahankannya. Hal ini terjadi karena saat menjadi juara kelas, si anak
akan mendapat pujian dari orang di sekitarnya dan mendapat hadiah dari orang
tuanya.
Teori Konstruktivistik
Teori
ini dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Menurutnya, pada
dasarnya setiap orang sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak dimana dia
berperan sebagai subjeknya akan menjadi lebih bermakna bila dibandingkan
pengetahuan yang dia peroleh dari proses pemberitahuan saja. Karena pengetahuan
yang tersebut hanya diingat untuk sementara kemudian dilupakan.
Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan
melalui proses asimilasi dana akomodasi terhadap hal yang skema. Maksud dari
skema di sini adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses
pengalaman. Sedangkan asimilasi sendiri merupakan suatu proses penyempurnaan
skema yang telah terbentuk, dan akomodasi merupakan proses perubahan skema.
Teori Belajar Brunner
Jerome S Brunner adalah seorang ahli
pendidikan yang setuju dengan teori kognitif, halini didasarkan atas asumsi
bahwa pembelajaran adalah proses untuk membangun kemampuan mengembangkan
potensi kognitif yang ada dalam diri siswa. Perkembangan kualitas kognitif
ditandai dengan ciri-ciri umum:
a.
Kualitas intelektual
ditandai dengan adanya kemampuan menanggapi rangsangan yangdatang pada dirinya.
Artinya, semangkin mampu menanggapi rangsangan semangkinbesar peluang kualitas
kognisi diwujudkan. Pembelajaran merupakan salah satu upayaatau proses untuk
melatih dan membimbing siswa dalam melakukan tanggapan terhadaprangsangan yang
datang ke dalam dirinya.
b.
Kualitas atau peningkatan
pengetahuan seseorang ditentukan oleh perkembangan system penyimpanan informasi
secara realis. Artinya semangkin lama mampu menyimpaninformasi maka kualitas
dan peningkatan pengetahuan akan mudah diwujudkan.Pembelajaran merupakan salah
satu proses untuk melatih dan membimbing siswa agarmemiliki kemampuan menyimpan
informasi yang diperoleh dari realitas lapangan.
c.
Perkembangan kualitas kognitif
bisa dilakukan dengan cara melakukan interaksi secarasistematis antara
pembimbing, guru atau orang tua. Oleh sebab itu jaringan kerja samaintensif
antara sekolah, masyarakat dan orang tua menjadi penting dalam
kontekspembelajaran. Tri Sentra Pendidikan (tiga pusat pendidikan) perlu
dikembangkan secarakomprehensif dan simultan agar pengembangan kualitas
intelektual (kognitif) siswabenar-benar dapat diwujudkan.
d.
Kemampuan kognitif juga
ditentukan oleh kemampuan dalam mendeskripsikan bahasa,karena bahasa merupakan
alat komunikasi manusia. Untuk memahami konsep-konsepyang ada diperlukan bahasa
untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
e.
Kualitas perkembangan
kognitif juga bisa ditandai dengan keterampilan untukmenggunakan beberapa
alternatif penyelesaian masalah secara simultan danmelaksanakan alternatif
sesuai dengan realitas.
f.
Jerume S Brunner
mengemukakan bahwa pembelajaran itu dipengaruhi oleh dinamikaperkembangan
relitas yang ada disekitar kehidupan siswa. Asumsi ini lebih dikenaldengan
teori free discovery learning, artinya proses pembelajaran akan efektif
danefesien jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep,teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang mereka jumpai
dalamkehidupannya.
C.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan kognitif
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan kognitif. Dalam Dahar (2011 ; 141) menjelaskan
beberapa faktor tersebut.
1. Fisik
Interaksi antara
individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan
dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
2. Kematangan
Kematangan sistem
syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperolehmanfaat secara
maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membukakemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasisecara luas prestasi
secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatanyang berlainan
tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajarsendiri.
3. Pengaruh
sosial
Lingkungan sosial
termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau
menghambat perkembangan struktur kognitif
4. Proses
pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri
dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan
lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani
yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun
baik.
D.
Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Menurut Piaget (dalam Dahar, 2011: 136-139) membagi
perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai
dewasa)
Periode-periode tersebut
diuraikan sebagai berikut:
1.
Periode
sensorimotor
Menurut Piaget, bayi
lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi
dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.Periode sensorimotormerupakan periode
pertama dari empat periode.
2. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari
empat tahapan. Dengan mengamati urutanpermainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa
setelah akhir usia dua tahun, jenis yang secarakualitatif baru dari fungsi
psikologis muncul.Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandangorang lain.
Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, sepertimengumpulkan
semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkansemua benda
bulat walau warnanya berbeda-beda.
3. Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari
empat tahapan. Muncul antara usia enamsampai duabelas tahun dan mempunyai ciri
berupa penggunaan logika yang memadai
4. Tahapan operasional formal
Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget.
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan
terusberlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untukberpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yangtersedia.Dalam tahapan ini, seseorang dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dannilai.Ia tidak melihat segala
sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada“gradasi abu-abu” di
antaranya.
E.
Relevansi
Teori Belajar Kognitif terhadap Pembelajaran
Mayers (1999)
mengemukakan belaiar dipandang sebagai perolehan pengetahuan.Hal ini merupakan
cerminan dari teori kognitif, yang didominasi oleh model prosesing informasi
dari memori manusia.Pendekatan kognitivisme sering dipertentangkan dengan
pendekatan behaviorisme, namun tidak berarti psikologi kognitif anti terhadap
aliran behaviorisme. Hanya menurut para ahli kognitif, aliran behaviorisme
belum lengkap sebagai teori psikologi, sebab tidak memperhatikan proses
kejiwaan yang berdimensi ranah cipta seperti berfikir dan mengambil keputusan.
Prinsip Teori Belajar dalam Pandangan Kognitivisme
dan Aplikasinya dalam Praktek Pembelajaran
|
|
Prinsip (Teori)
|
Aplikasi (Praktek)
|
Pengetahuan diorganisasi dalam memori
|
Pernyataan tujuan dari pengajaran sebagai perilaku
si belajar
|
Belajar dipengaruhi oleh pengetahuan siswa yang ada
atau sebelumnya
|
Secara hati-hati menghubungkan informasi baru dengan
pengetahuan yang dimiliki
|
Belajar dibuat oleh komponen-komponen proses seperti
atensi, penyandian, dan pencarian keterangan
|
Penggunaan variasi teknis untuk memadu dan mendukung
proses belajar siswa, termasuk focus pada pertanyaan, analogi tingkat tinggi,
mnemonic dan perumpamaan
|
Tabel:
Prinsip dan Aplikasi Teori dalam Pandangan Kognitivisme (Newby, Stepich,
Lehman, Russel, 2000).
Pada hakekatnya teori kognitif adalah
sebuah teori pembelajaran yang cenderung melakukan praktek yang mengarah pada
kualitas intelektual peserta didik.Meskipun teori ini memiliki berbagai
kelemahan.Teori kognitif juga memiliki kelebihan yang harus diperhatikan dalam
praktek pembelajaran.Aspek positifnya adalah kecerdasan peserta didik perlu
dimulai dari adanya pembentukan kualitas intelektual (kognitif).Menurut Dimyati
dan Mudjiono (2002:18) “belajar merupakan hal yang kompleks.Kekompakan tersebut
dapat dipandang dari dua subyek yaitu siswa dan guru”. Dari segi siswa, belajar
dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi
bahan belajar. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku
belajar tentang suatu hal. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidaknya proses
belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar