Minggu, 14 September 2014

Makalah teori belajar kognitif

TEORI KOGNITIVISME
DAN RELEVANSINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BIOLOGI


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah



TEORI BELAJAR KOGNITIF
A.    Pengertian Teori Belajar Kognitif
Kognitif merupakan salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan.Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkankemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai modelkemampuan untuk mengoptimalkan suatu proses pemahaman terhadap suatu objek. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan dirinya.Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Secara umum teori kognitif memiliki pandangan bahwa belajar atau pembelajaranadalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar juga dapat dikatakan bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks dan komprehensif.

B.     Macam Teori Belajar Kognitif

Teori Gestalt
Teori Gestalt termasuk dalam kelompok aliran kognitif holistik. Teori gestalt ini dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan Wertheimer. Menurut teori ini, belajar adalah mengembangkan insight. Insight sendiri merupakan pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Teori ini berbeda dengan teori behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistis, sehingga mengabaikan atau mengingkari peran insight. Menurut teori gestalt, insight ini merupakan inti dari pembentukan tingkah laku.
Kohler melakukan percobaan dengan simpanse untuk membuktikan bahwa insight itu merupakan inti dari pembentukan tingkah laku. Simpanse tersebut ditaruh dalam kandang. Kemudian di dalam kandang disediakan tongkat, dan di luar kandang disediakan pisang. Setelah dibiarkan beberapa waktu, ternyata simpanse berhasil mengambil pisang yang ada di luar kandang dengan tongkat yang telah disediakan.
Dari percobaan tersebut, simpanse mengembangkan insight, artinya simpanse tersebut dapat menghubungkan antara kandang, tongkat, dan pisang. Pisang adalah makanannya, sementara dia ada di dalam kandang dan kesulitan untuk meraihnya. Di dalam kandang ada tongkat yang dapat digunakan untuk meraih pisangnya. Dari sinilah makna belajar dapat diambil, yakni belajar menangkap makna dan hubungan antara komponen yang ada di lingkungannya.
Ciri dari insight adalah sebagai berikut :
1.      Kemampuan insight seseorang tergantung pada kemampuan dasar orang tersebut, dan kemampuan dasarnya tergantung pada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompoknya.
2.      Insight dipengaruhi atau tergantung pada pengalaman masa lalunya yang relevan.
3.      Insight tergantung pada pengaturan dan penyelidikan lingkungannya. Dari contoh tersebut, simpanse tidak dapat meraih pisang di luar kandang bila di dalam kandang tidak disediakan tongkat.
4.      Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui pengertian, manusia akan dapat memecahkan persoalan.
5.      Apabila insight ini telah diperoleh, maka dapat menghadapi persoalan dalam situasi yang berbeda dari yang pernah dihadapi sebelumnya.
Nasution (1982) mengemukakan beberapa prinsip penerapan dari teori gestalt itu, yakni :
1.      Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Berbeda dengan teori-teori belajar behavioristik yang menganggap bagian-bagian lebih penting dari keseluruhan, teori Gestalt menganggap bahwa justru keseluruhan itu lebih memiliki makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada dalam keseluruhan. Sebuah kata akan bermakna manakala ada dalam sebuah kalimat. Demikian juga kalimat akan memiliki makna apabila ada dalam suatu rangkaian karangan.
Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.
2.      Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Mengandung arti bahwa membelajarkan anak bukan hanya intelektualnya saja, tapi mengembangkan pribadi anak keseluruhan. Intelektual tidak ada artinya apabila tidak diikuti dengan sikap baik dan pengembangan seluruh potensi yang ada.
3.      Belajar berkat insight
Insight merupakan pemahaman terhadap hubungan antarbagian dalam suatu situasi permasalahan. Belajar akan terjadi jika dihadapkan pada suatu peersoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukan menghafal fakta. Tapi melalui persoalan itulah anak akanmendapat insight yang sangat bermanfaat untuk menghadapi setiap masalah.
4.      Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman merupakan kejadian penting yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu. Belajar adalah memperbaiki pengalaman masa lalu yang terus disempurnakan secara terus-menerus.
Contohnya saat tangan anak terkena api maka untuk berikutnya anak tersebut akan lebih berhati-hati bila bermain dengan api, karena saat terkena api dia merasakan panasnya api.
Teori Medan
Teori ini dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori ini sama seperti teori Gestalt yang menganggap belajar adalah proses pemecahan masalah. Menurut Lewin, ada beberapa hal yang berkaitan dengan proses pemecahan masalah, yaitu :
1.      Belajar merupakan perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat memecahkan masalah jika dia bisa mengubah struktur kognitif atau pola pikirnya. Contohnya, setiap hari orang melewati jalan yang sama saat ke kantor, tapi suatu ketika jalan itu rusak. Orang yang pola pikirnya tetap sama dan ingin menggunakan jalan itu, pasti tidak akan sampai ke kantor. Namun orang yang belajar akan berbalik arah dan mencari jalan lain untuk ke kantor yang dapat dilewati dengan baik.
2.      Pentingnya motivasi. Motivasi merupakan faktor yang dapat mendorong individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu.
Contohnya ketika anak kecil yang belum bisa bersepeda akan mencoba dan belajar hingga dia bisa. Hal ini dikarenakan teman sepermainan dia sudah bisa bersepeda, dan dia ingin bersepeda bersama temannya.
Motivasi juga dapat timbul karena pengalaman yang menyenangkan.
Misalnya saja ketika anak menjadi juara kelas, dia akan senantiasa belajar lebih giat dan rajinuntuk mempertahankannya. Hal ini terjadi karena saat menjadi juara kelas, si anak akan mendapat pujian dari orang di sekitarnya dan mendapat hadiah dari orang tuanya.
Teori Konstruktivistik
Teori ini dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Menurutnya, pada dasarnya setiap orang sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak dimana dia berperan sebagai subjeknya akan menjadi lebih bermakna bila dibandingkan pengetahuan yang dia peroleh dari proses pemberitahuan saja. Karena pengetahuan yang tersebut hanya diingat untuk sementara kemudian dilupakan.
Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi dana akomodasi terhadap hal yang skema. Maksud dari skema di sini adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Sedangkan asimilasi sendiri merupakan suatu proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi merupakan proses perubahan skema.

Teori Belajar Brunner
Jerome S Brunner adalah seorang ahli pendidikan yang setuju dengan teori kognitif, halini didasarkan atas asumsi bahwa pembelajaran adalah proses untuk membangun kemampuan mengembangkan potensi kognitif yang ada dalam diri siswa. Perkembangan kualitas kognitif ditandai dengan ciri-ciri umum:
a.       Kualitas intelektual ditandai dengan adanya kemampuan menanggapi rangsangan yangdatang pada dirinya. Artinya, semangkin mampu menanggapi rangsangan semangkinbesar peluang kualitas kognisi diwujudkan. Pembelajaran merupakan salah satu upayaatau proses untuk melatih dan membimbing siswa dalam melakukan tanggapan terhadaprangsangan yang datang ke dalam dirinya.
b.      Kualitas atau peningkatan pengetahuan seseorang ditentukan oleh perkembangan system penyimpanan informasi secara realis. Artinya semangkin lama mampu menyimpaninformasi maka kualitas dan peningkatan pengetahuan akan mudah diwujudkan.Pembelajaran merupakan salah satu proses untuk melatih dan membimbing siswa agarmemiliki kemampuan menyimpan informasi yang diperoleh dari realitas lapangan.
c.       Perkembangan kualitas kognitif bisa dilakukan dengan cara melakukan interaksi secarasistematis antara pembimbing, guru atau orang tua. Oleh sebab itu jaringan kerja samaintensif antara sekolah, masyarakat dan orang tua menjadi penting dalam kontekspembelajaran. Tri Sentra Pendidikan (tiga pusat pendidikan) perlu dikembangkan secarakomprehensif dan simultan agar pengembangan kualitas intelektual (kognitif) siswabenar-benar dapat diwujudkan.
d.      Kemampuan kognitif juga ditentukan oleh kemampuan dalam mendeskripsikan bahasa,karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia. Untuk memahami konsep-konsepyang ada diperlukan bahasa untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
e.       Kualitas perkembangan kognitif juga bisa ditandai dengan keterampilan untukmenggunakan beberapa alternatif penyelesaian masalah secara simultan danmelaksanakan alternatif sesuai dengan realitas.
f.       Jerume S Brunner mengemukakan bahwa pembelajaran itu dipengaruhi oleh dinamikaperkembangan relitas yang ada disekitar kehidupan siswa. Asumsi ini lebih dikenaldengan teori free discovery learning, artinya proses pembelajaran akan efektif danefesien jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang mereka jumpai dalamkehidupannya.




C.    Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan kognitif

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif. Dalam Dahar (2011 ; 141) menjelaskan beberapa faktor tersebut.
1. Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
2. Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperolehmanfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membukakemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasisecara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatanyang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajarsendiri.
3. Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif
4. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.

D.    Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Menurut Piaget (dalam Dahar, 2011: 136-139) membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Periode-periode tersebut diuraikan sebagai berikut:
1.      Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.Periode sensorimotormerupakan periode pertama dari empat periode.
2.      Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutanpermainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun, jenis yang secarakualitatif baru dari fungsi psikologis muncul.Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandangorang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, sepertimengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkansemua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
3.      Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enamsampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai
4.      Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terusberlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untukberpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yangtersedia.Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dannilai.Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada“gradasi abu-abu” di antaranya.

E.     Relevansi Teori Belajar Kognitif terhadap Pembelajaran
Mayers (1999) mengemukakan belaiar dipandang sebagai perolehan pengetahuan.Hal ini merupakan cerminan dari teori kognitif, yang didominasi oleh model prosesing informasi dari memori manusia.Pendekatan kognitivisme sering dipertentangkan dengan pendekatan behaviorisme, namun tidak berarti psikologi kognitif anti terhadap aliran behaviorisme. Hanya menurut para ahli kognitif, aliran behaviorisme belum lengkap sebagai teori psikologi, sebab tidak memperhatikan proses kejiwaan yang berdimensi ranah cipta seperti berfikir dan mengambil keputusan.

Prinsip Teori Belajar dalam Pandangan Kognitivisme dan Aplikasinya dalam Praktek Pembelajaran
Prinsip (Teori)
Aplikasi (Praktek)
Pengetahuan diorganisasi dalam memori
Pernyataan tujuan dari pengajaran sebagai perilaku si belajar
Belajar dipengaruhi oleh pengetahuan siswa yang ada atau sebelumnya
Secara hati-hati menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang dimiliki
Belajar dibuat oleh komponen-komponen proses seperti atensi, penyandian, dan pencarian keterangan
Penggunaan variasi teknis untuk memadu dan mendukung proses belajar siswa, termasuk focus pada pertanyaan, analogi tingkat tinggi, mnemonic dan perumpamaan
Tabel: Prinsip dan Aplikasi Teori dalam Pandangan Kognitivisme (Newby, Stepich, Lehman, Russel, 2000).
Pada hakekatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung melakukan praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik.Meskipun teori ini memiliki berbagai kelemahan.Teori kognitif juga memiliki kelebihan yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran.Aspek positifnya adalah kecerdasan peserta didik perlu dimulai dari adanya pembentukan kualitas intelektual (kognitif).Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:18) “belajar merupakan hal yang kompleks.Kekompakan tersebut dapat dipandang dari dua subyek yaitu siswa dan guru”. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidaknya proses belajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar