A.
Topik
Uji
Kualitas Mikrobiologi Makanan Berdasarkan Angka Lempeng Total Koloni Bakteri
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri yang terdapat dalam sampel
bahan makanan padat dan bahan makanan cair.
2. Untuk
menentukan kualitas mikrobiologi sampel makanan yang diperiksa berdasarkan ALT
koloni bakteri.
C.
Tanggal
29
September 2014
D.
Dasar
Teori
Mikroba
dapat dijumpai pada berbagai jenis bahan makanan, baik makanan yang berbentuk
padat maupun makanan yang berbentuk cair. Untuk mengetahui jumlah bakteri yang
terkandung 1 gram sampel bahan makanan padat atau 1 ml bahan makanan cair yang
diperiksa, maka perlu dilakukan pengenceran sampel tersebut. Hasil pengenceran
ini kemudian diinokulasikan pada medium lempeng dan diinkubasikan. Setelah masa
inkubasi, jumlah koloni bakteri dihitung dengan memperhatikan faktor
pengencerannya.
Metode
kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu
sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji Angka Lempeng
Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil
menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati
secara visual berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/gram atau koloni/100ml.
Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes, dan cara sebar
(BPOM, 2008).
Prinsip
pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOM
61/MIK/06) yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan
diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada
suhu yang sesuai. Pada pengujan Angka Lempeng Total digunakan PDF (Pepton
Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan menggunakan PCA (Plate Count Agar)
sebagai media padatnya.
Metode
yang digunakan untuk menentukan jumlah mikroba dalam bahan pangan antara lain
dengan metode permukaan. Agar steril terlebih dahulu dituangkan kedalam cawan
petri dan dibiarkan membeku. Setelah membeku dengan sempurna, kemudian sebanyak
0,l ml contoh yang telah diencerkan di pipet pada permukaan agar tersebut.
Sebuah batang gelas melengkung (hockey stick) dicelupkan kedalam alkohol 70%
dan dipijarkan sehingga alkohol habis terbakar. Setelah dingin batang gelas
melengkung tersebut digunakan untuk meratakan contoh diatas medium agar dengan
cara memutarkan cawan petri diatas meja. Selanjutnya inkubasi dan perhitungan
koloni dilakukan seperti pada metode penuangan, tetapi harus diingat bahwa
jumlah contoh yang ditumbuhkan adalah 0,1 ml dan harus dimasukan dalam perhitungan
"Total Count" (Thayib dan Amar, 1989).
Metode
hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan
berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan
merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung
dalam sampel. Dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi,
jumlah koloni masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi persyaratan
statistik, cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni ialah yang mengandung
antara 30 sampai 300 koloni. Karena jumlah mikroorganimse dalam sampel tidak
diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang
mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka harus
dilakukan sederatan pengenceran dan pencawanan.
Jumlah
organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah
koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan.
Cara ini yang paling umum digunakan untuk perhitungan jumlah mikrobia. Dasarnya
ialah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10 dari
masing-masing pengenceran diambil 1 cc dan dibuat taburan dalam petridish (pour
plate) dengan medium agar yang macam caranya tergantung pada macamnya mikrobia.
Setelah diinkubasikan dihitung jumlah koloni tiap petridish dapat ditentukan
jumlah bakteri tiap cc atau gram contoh, yaitu dengan mengalikan jumlah koloni
dengan kebalikan pengencerannya, misalnya untuk pengenceran 1:10.000 terdapat
45 koloni bakteri maka tiap cc atau gram bahan mengandung 450.000 bakteri.
Untuk membantu menghitung jumlah koloni dalam petridish dapat digunakan colony
counter yang biasanya dilengkapi electronic register.
Rumus
untuk perhitungan ALT
ALT koloni bakteri =
E.
Alat
dan Bahan
Alat :
-
Laminar Air Flow (LAF)
-
Lampu spiritus
-
Inkubator
-
Pipet ukuran 10 ml, 1 ml, dan 0.1 ml
-
Mortar dan Pistle
-
Rak tabung reaksi
-
Vortex
-
Koloni counter
Bahan
:
-
Sampel bahan makanan padat 10 gram
-
Sampel bahan makanan cair 10 ml
-
Medium lempeng PCA 6 buah
-
Larutan pepton 0.1% sebanyak 90 ml
-
Larutan pepton 0.1% @9ml sebanyak 5
tabung
-
Alkohol 70%
-
Lisol
-
Sabun cuci
-
Korek api
F.
Prosedur kerja
Menyiapkan 1 labu Erlenmeyer berisi 90 ml
air pepton 0,1 % dan 5 tabung reaksi berisi air pepton 0,1% @ 9 ml, kemudian
memberi kode A, B, C, D, E, F. Menyiapkan 6 buah medium lempeng yang diberi
kode A, B, C, D, E, F.
Menyediakan 10 ml bahan makanan cair yaitu saus, kemudian memasukkan ke
dalam 90 ml air pepton 1,0 % ke dalam labu Erlenmeyer, kemudian mengocok labu
Erlenmeyer.
Mengambil 1 ml suspensi kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi.
Mengambil 1 ml suspensi kemudian memasukkan
dalam tabung reaksi A, kemudian kocok dengan memutar diantara kedua tangan.
Mengambil 1 ml dalam tabung A, dan
memasukkan ke dalam tabung reaksi B, kemudian kocok dengan memutar diantara
kedua tangan.
Melakukan pengenceran bertahap tersebut
sampai dengan tabung F, sehungga didapat suspensi dengan tingkat pengenceran 10-1,
10-2, 10-3, 10-4, 10-5,10-6.
Secara aseptik mengambil 0,1 ml dari masing-masing suspensi, lalu
percikkan di atas permukaan medium lempeng dengan kode yang sesuai. Menutup
cawan petri berisi medium lempeng tersebut, kemudian memutar-mutar cawan petri
tersebut sehingga percikan inokulum tersebar merata pada permukaan medium
lempeng.
Menginkubasi biakan pada medium lempeng tersebut pada suhu 370 C. Setelah
1*24 jam atau 2*24 jam, mengamati dan menghitung jumlah koloni bakteri yang
tumbuh pada medium lempeng tersebut. Memilih medium yang ditumbuhi 30-300
koloni bakteri. Menghitung Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri yang
terdapat dalam tiap gram sampel bahan makanan cair dengan berdasarkan tingkat
pengencerannya, dengan rumus :
G.
Analisis
Data
Berdasarkan data pengamatan dapat diketahui bahwa pada makanan yang
telah diencerkan dengan pepton kemudian ditunggu hingga 2x24 jam ditemukan
sejumlah bakteri, meskipun seharusnya masa inkubasi sampel adalah 1x24 jam. Hal
ini dikarenakan setelah ditunggu hingga 1x24 jam sampel tidak menunjukkan
adanya koloni bakteri sehingga waktu untuk inkubasi ditambah untuk meyakinkan
ada atau tidaknya koloni bakteri pada sampel makanan tersebut.
Pada tingkat pengenceran 10-1, jumlah koloni bakteri
yang ditemukan adalah 6 koloni. Pada tingkat pengenceran 10-2,
jumlah koloni yang ditmukan adalah 4 koloni. Pada pengenceran 10-3,
koloni yang ditemukan adalah 2 koloni. Pada pengenceran 10-4, koloni yang ditemukan adalah
2 koloni. Pada pengenceran 10-5, koloni yang ditemukan adalah 2
koloni dan pada pengenceran terakhir yaitu pada tingkat pengenceran 10-6,
koloni yang ditemukan adalah 4 koloni bakteri. Jumlah keseluruhan bakteri yang
ditemukan dari tingkat pengenceran terendah (10-1) hingga tingkat
pengenceran tertinggi (10-6) berjumlah 20 koloni bakteri.
Jumlah tersebut mempengaruhi perhitungan ALT koloni. Koloni yang
ditemukan pada praktikum ini < 30 sehingga ALT koloni yang dihitung adalah
dari koloni yang ada pada tingkat pengenceran terendah yaitu 10-1.
ALT koloni bakteri dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
|
|||
|
|||
ALT
Koloni = x 1/ tingkat pengenceran x
Sehingga,
ALT Koloni pada praktikum ini adalah
ALT
Koloni = 6 x 1/10-1 x 10
= 6 x 10 x 10
= 6 x 102 cfu/g.
H.
Pembahasan
Penentuan ALT (Angka Lempeng Total) merupakan metode kuantitatif
yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel
(BPOM, 2008). Berdasarkan data dan analisis data dapat diketahui bahwa sampel
makanan yang digunakan untuk perhitungan ALT koloni bakteri ini adalah kue
mari. Sampel makanan tersebut termasuk pada kelompok biskuit, yang merupakan
makanan yang terbuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain
dengan proses pemanasan dan pencetakan. Akan tetapi, biskuit itu sendiri
menurut SNI 01-2973-1992 masih diklasifikasikan dalam empat jenis: biskuit
keras, crackers, cookies, dan wafer.
Mutu biskuit dapat dinilai melalui uji organoleptik seperti
berdasarkan warna, aroma, rasa dan tekstur (BSN, 1992) ataupun menggunakan
metode kuantitatif yaitu dengan metode perhitungan ALT. Nilai ALT yang
ditemukan dari sampel makanan akan dibandingkan dengan standar nilai ALT dari BPOM.
Berdasarkan data pengamatan dan analisis data diketahui bahwa nilai ALT bakteri
dari sampel makanan yang digunakan (kue mari) adalah 6x102 cfu/g,
sedangkan nilai ALT biscuit sejenis menurut BPOM (2005) adalah 1x104
cfu/g. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai ALT bakteri dari sampel lebih kecil
dari nilai standar ALT dari makanan tersebut yang ditentukan oleh BPOM,
sehingga makanan tersebut masih layak atau bisa dikonsumsi karena berdasarkan
BPOM (2005), makanan yang mengandung cemaran baik biologis yaitu camaran
mikroba ataupun cemaran kimia yang melampaui ambang batas maksimal yang telah
ditetapkan adalah pangan tercemar. Sedangkan sampel yang diuji nilai ALT
bakterinya kurang dari ambang batas maksimal sehingga dapat dikatakan bahwa
makanan yang diuji (kue mari) memiliki kualitas yang baik.
Meskipun begitu hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai
mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya (yaitu udara, air, tanah, debu,
kotoran, bahan organik yang telah busuk). Populasi mikroorganisme yang berada
pada suatu bahan pangan umumnya bersifat sangat spesifik dan tergantung pada
jenis bahan pangan dan kondisi tertentu dari penyimpanannya (Buckle, 1987).
Tetapi seperti yang telah disebutkan diatas, apabila jumlah mikroba misalnya
bakteri telah melampaui ambang batas maksimal yang telah ditentukan maka akan
memberikan dampak berupa timbulnya gejala seperti pusing, gangguan pencernaan,
muntah, berak-berak dan demam. Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti
tipes (Salmonella typhii), kolera (Vibrio cholerae), disentri (Shigella
dysenteria). Oleh karena itu, konsumen seharusnya memilih makanan dengan
kualitas yang baik, yang dapat dilihat dari lulus standar uji BPOM hingga
kemasan yang baik.
Perhitungan ALT bakteri ini memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan yang tentunya perlu diatasi dan
dipertimbangkan saat pelaksanaan uji sehingga dampak dari kekurangan yang ada
dapat diminimalisir. Menurut Buckle (1987), keuntungan dari metode pertumbuhan
agar atau metode uji Angka Lempeng Total adalah dapat mengetahui jumlah mikroba
yang dominan. Adapun kelemahan dari metode ini adalah:
1.
Kemungkinan terjadinya koloni yang berasal
lebih dari satu sel mikroba, seperti pada mikroba yang berpasangan, rantai atau
kelompok sel.
2.
Kemungkinan ini akan memperkecil jumlah sel
mikroba yang sebenarnya.
3.
Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak
dapat tumbuh karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan
oksigen selama masa inkubasi.
4.
Koloni dari beberapa mikroorganisme terutama
dari contoh bahan pangan, kadang-kadang menyebar di permukaan media agar,
sehingga menutupi pertumbuhan dan perhitungan jenis mikroba lainnya .
5.
Penghitungan dilakukan pada media agar yang
jumlah populasi mikrobanya antara 30–300 koloni. Bila jumlah populasi kurang
dari 30 koloni akan menghasilkan penghitungan yang kurang teliti secara
statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama
karena terjadi persaingan diantara koloni.
6.
Penghitungan populasi mikroba hanya dapat
dilakukan setelah masa inkubasi yang umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau
lebih.
Berdasarkan
pernyataan diatas dapat diketahui bahwa secara statistik perhitungan ALT koloni
bakteri pada praktikum ini kurang teliti karena jumlah populasi kurang dari 30
koloni (20 koloni).
I.
Diskusi
1. Berapakah
Angka Lempeng Total koloni bakteri dalam tiap gram atau mililiter sampel bahan
makanan yang diperiksa (cfu/g atau cfu/ml)?
Jawab: Karena jumlah
koloni yang ditemukan pada praktikum ini < 30, sehingga ALT koloni yang
dihitung adalah dari koloni yang ada pada tingkat pengenceran terendah yaitu 10-1.
ALT koloni bakteri dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
|
|||
|
|||
ALT
Koloni = x 1/ tingkat pengenceran x
Sehingga,
ALT Koloni pada praktikum ini adalah
ALT
Koloni = 6 x 1/10-1 x 10
= 6 x 10 x 10
= 6 x 102
cfu/g.
2. Bagaimanakah
kulitas bahan makanan yang telah diperiksa berdasarkan Angka Lempeng Total
koloni bakteri berdasarkan ketentuan DIRJEN Pengawasan Obat dan Makanan?
Jawab: Berdasarkan
data pengamatan dan analisis data diketahui bahwa nilai ALT bakteri dari sampel
makanan yang digunakan (kue mari) adalah 6x102 cfu/g, sedangkan
nilai ALT biskuit sejenis yaitu biskuit untuk anak-anak menurut BPOM (2005)
adalah 1x104 cfu/g. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai ALT bakteri
dari sampel lebih kecil dari nilai standar ALT dari makanan tersebut yang
ditentukan oleh BPOM, sehingga makanan tersebut masih layak atau bisa
dikonsumsi karena berdasarkan BPOM (2005), makanan yang mengandung cemaran baik
biologis yaitu camaran mikroba ataupun cemaran kimia yang melampaui ambang
batas maksimal yang telah ditetapkan adalah pangan tercemar. Sedangkan sampel
yang diuji nilai ALT bakterinya kurang dari ambang batas maksimal sehingga
dapat dikatakan bahwa makanan yang diuji (kue mari) memiliki kualitas yang
baik.
3. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi terjadinya kontaminasi bakteri dalam bahan mkanan?
Jawab: Faktor yang
mempengaruhi terjadinya kontaminasi bakteri adalah sbb:
· Adanya
bakteri tanah yang dapat membentuk spora yang melekat pada bahan segar sehingga
tahan saat dilakukan pemanasan.
· Bahan
lain yang digunakan sebagai campuran, sudah ada bakterinya.
· Peralatan
yang digunakan saat mengolah makanan tidak steril.
· Bakteri
bisa saja berasal dari pekerja pabrik, penjual makanan maupun konsumen.
· Makanan
sudah disimpan dalam waktu yang lama.
· Kondisi
tempat penyimpanan makanan yang tidak sesuai.
· Kelembapan
dari makanan tersebut. Makanan yang kering kemungkinan terkontaminasi bakteri
lebih kecil daripada yang basah.
· Keasaman
dari bahan makanan. Kebanyakan bakteri tidak dapat hidup pada medium yang
memiliki pH <5
J.
Kesimpulan
Berdasarkan
data pengamatan dapat disimpulkan bahwa
1. Angka Lempeng Total
(ALT) koloni bakteri yang terdapat dalam sampel bahan makanan (kue mari) adalah
6x10-2 cfu/g, yang diperoleh
dari persamaan
Dengan perhitungan hanya pada
pengenceran terendah (10-1).
2. Nilai
ALT bakteri dari sampel (6x10-2 cfu/g) lebih kecil dari nilai
standar ALT dari makanan tersebut yang ditentukan oleh BPOM (1x104
cfu/g),
sehingga makanan tersebut masih layak atau bisa dikonsumsi (berkualitas baik).
Daftar
rujukan
Basoeki,
Soedjono. 1999. Anatomi dan Fisiologi Manusia Buku Penuntun Kegiatan
Laboratorium. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Kependidikan FMIPA Murusan
Biologi
BPOM.
(2008). Pengujian Mikrobiologi Pangan.
Jakarta: Pusat Pengujian Obat
Dan
Makanan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia.
Sonjaya, H. 2010. Bahan
Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakuiltas Peternakan-
Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Soewolo,
Basoeki Soedjono danTiti Yudani. 2005. Fisiologi Manusia. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Thayib,
S dan Abu Amar. 1989. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Teknologi
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar