Genetika Populasi
Genetika
populasi adalah cabang ilmu genetik yang terfokus pada sifat turun-temurun pada
kelompok individu, yaitu populasi. Genetika populasi mempelajari konstitusi
genetik pada populasi dan bagaimana konstitusi genetik itu berubah dari
generasi ke generasi. Perubahan hereditas generasi mendasari proses evolusi.
Sehingga genetika populasi mungkin dihubungkan dengan genetika evolusi. Tetapi
kedua konsep itu dapat dibedakan.
Populasi dan Kolam Gen
Populasi
adalah kumpulan individu yang terhubung dengan ikatan kawin dan menjadi
orangtua. Dalam kata yang sederhana, populasi adalah kumpulan individu yang
sejenis. Alasan mengapa individual tidak relevan dengan evolusi adalah karena
genotip individu tidak berubah seiring hidupnya, individu itu ephemeral.
Sedangkan populasi selalu berubah dari generasi ke generasi.
Individu
dari sebuah spesies biasanya tidak tersebar secara homogen, tetapi lebih sering
hadir dalam bentuk kelompok-kelompok atau populasi lokal. Populasi lokal adalah
kelompok individu dari spesies yang sama yang menempati suatu wilayah. Namun
dalam pembelajarannya, tidak mudah membedakan antara satu willayah dengan
wilayah yang lain. Kolam gen adalah kumpulan genotip dari semua individu pada
sebuah populasi. Untuk organisme diploid, kolam gen pada sebuah populasi dengan
individu N mengandung 2N genom haploid. Setiap genom mengandung semua informasi
genetik yang diterima dari satu induk. Maka, dalam kolam gen pada sebuah
populasi dengan individu N, ada gen 2N untuk setiap lokus gen dan pasangan N
pada kromosom homolog.
Variasi genetik dan evolusi
Variasi
genetik sangat dibutuhkan dalam proses evolusi. Jika dalam satu populasi tidak
terdapat variasi dari lokus gen, evolusi tidak akan terjadi pada lokkus
tersebut. Namun jika terdapat variasi lokus, evolusi dapat terjadi. Hal itu
karena satu alel dari lokus tersebut mungkin bertambah frekuensinya dengan
mengorbankan alel lain. Konsep evolusi yang terkenal tentu saja konsep yang
dikemmukakan Darwin pada tahun 1859. Darwin mengemukakan konsepnya tentang
seleksi alam.
Hubungan
antara jumlah variasi genetik dengan tingkat evolusi karena seleksi alam di
jelaskan oleh Sir Ronald A. Beliau mengatakan bahwa tingkat kenaikan fitness
sebuah populasi pada sembarang waktu sama dengan fitness variasi genetiknya
saat itu (fitness disini diartikan sebagai pengukuran tingkat reproduksi
relatif). Hubungan antara variasi genetik dengan peluang evolusi sangat jelas.
Semakin besar jumlah variasi lokus dan semakin banyak alel yang ada pada lokus
tersebut, maka semakin besar peluang terjadinya perubahan pada lokus tersebut.
Frekuensi genotip dan frekuensi gen
Kita
dapat menghitung variasi pada kolam gen melalui frekuensi genotip maupun
frekuensi gen. Sebagai contoh, kita gunakan golongan darah M-N. Kita gunakan
sampel 730 penduduk asli aborigin. Terdapat dua alel yaitu Lm dan Ln. Didapat
data sebagai berikut: 22 memiliki golongan M, 216 golongan MN, dan 492 golongan
N. frekuensi dari golongan darah dapat dihitung dengan cara membagi jumlah
setiap golongan dengan jumlah total golongan. Misalnya M, 22/730= 0,030.
Untuk
menghitung frekuensi alel dari jumlah genotip, kita dapat menghitung berapa
banyak alel tersebut ditemukan kemudian dibagi dengan jumlah total gen.
Individu Lm Lm mengandung dua alel Lm, sedankgan individu Lm Ln mengandung satu
alel Lm. Maka jumlah alel Lm adalah (2x22)+216= 260. Total gen pada sampel
adalah dua kali dari jumlah individu. Hal ini karena setiap individu memiliki
dua gen. Sehingga jumlahnya adalah 2x730=1460. Frekuensi dari alel Lm pada
sampel adalah 260/1460= 0,178.
Frekuensi
alelik juga dapat dihitung dari frekuensi genotip dimana gen homozigot
diberikan dua kali, sedangkan gen heterozigot hanya setengah. Maka frekuensi
alel adalah frekuensi individu homozigot untuk alel itu ditambah setengah dari
frekuensi heterozigot. Berdasarkan data diatas, frekuensi Lm adalah
0,030+V2(0,296)=0,178. Jika ditemukan jumlah alel yang lebih dari dua, maka
perhitungannya mengikuti kaidah yang jumlahnya dua. Frekuensi alel juga dapat
dihitung dengan cara membagi jumlah kemunculan setiap alel dengan jumlah total
gen pada sampel. Formulanya seperti berikut, jika jumlah dari alel yang berbeda
adalah k, maka jumlah genotip yang
mungkin adalah k(k+1)/2.
Dua model struktur populasi
Terdapat
dua hipotesis yang sangat bertentangan. Hipotesis pertama adalah model
klasikal, dan yang kedua adalah model keseimbangan. Berdasarkan model klasikal,
kolam gen pada populasi mengandung mayoritas besar lokus-lokus, alel awild type
dengan frekuensi mendekati 1, ditambah sedikit alel merusak yang timbul oleh
mutasi. Evolusi terjadi karena kadang-kadang alel yang bermanfaat muncul karena
mutasi.
Berdasarkan
model keseimbangan, lebih sering ada alel wildtype yang tidak tunggal. Lebih
sering, pada kebanyakan lokus, kolam gen mengandung sebuah jurang alel dengan
frekuensi yang bervariasi. Model ini memandang evolusi sebagai proses perubahan
bertingkat pada frekuensi dan jenis alel pada kebanyakan lokus.
Variasi yang tampak
Genetikawan
telah menemukan bahwa ada banyak variasi genetik yang lebih nyata dibanding
yang terlihat dari kehidupan di alam liar. Ini disebabkan oleh perkawinan
sejenis yang menambah kemungkinan sifat homozigot. Bukti meyakinkan bahwa
variasi genetik muncul dari percobaan buatan.
Pada
seleksi buatan ini individu dipilih untuk dikawinkan dengan individu dari generasi berikutnya yang
menunjukkan ekspresi terbesar dari karakter yang diinginkan. Contohnya jika
kita ingin meningkatkan hasil panen gandum, kita harus memilih tanaman gandum
yang dapat menghasilkan panen gandum terbanyak pada setiap generasinya kemudian
menggunakan biji tersebut untuk
memproduksi generasi berikutnya. Jika populasi yang diseleksi berubah maka
jelas bahwa organisme asal telah mengandung variasi genetic yang menjadi ciri
bawaan.
Masalah dalam pengukuran variasi
genetik
Fakta
menyebutkan dalam bagian sebelumnya bahwa variasi genetik menyatu di dalam
populasi-populasi alami, oleh sebab itu ada banyak kesempatan untuk perubahan
evolusioner. Sesuai dengan apa yang kita butuhkan untuk dapat melakukan tujuan
menemukan proporsi ukuran dari gen polimorf dari populasi kita dapat
mempelajari setiap lokus gen dari organisme, karena kita pernah tahu berapa
banyaknya lokus di sana dan karena itu merupakan tugas yang besar, solusinya
kemudian lihat hanya sebuah contoh dari lokus gen jika contohnya acak, yaitu
tidak bias dan ion kebenaran yang bersifat representatif dari populasi sejumlah
penelitian dalam contoh ini dapat dieksplorasi dalam populasi.
Pemecahan
dari permasalahan ini menjadi mungkin dengan adanya penemuan pada molekuler
genetik. Sekarang ini dikenal bahwa informasi pengkode genetik dalam rangkaian
nukleotida. Pada DNA dalam struktur gen diterjemahkan dalam sebuah rangkuman
dari asam amino yang membentuk sebuah polipeptida. Kita dapat memilih untuk
mempelajari rentetan protein tanpa mengetahui apakah tidak mereka berbeda dalam
sebuah populasi sebelumnya. Rangakain protein dengan berbagai variasi
mengambarkan sample netral dari semua struktur gen dalam organisme. Jika sebuah
protein ditemukan sama diantara individu, ini berarti bahwa pengkodean gen
untuk protein juga sama, jika proteinnnya berbeda kita mengetahui bahwa gen ini
berbeda dan kita dapat mengukur bagaimana perbedaannya, berapa banyak bentuk
protein yang ada dan dalam frekuensi apa.
Menghitung variasi genetik
Satu
cara yang memungkinkan digunakan untuk mengukur variasi genetik dalam sebuah
populasi alami memilih sejumlah protein yang cocok, kira-kira dua puluh, tanpa
melihat apakah diketahui atau tidak variabelnya dalam populasi, jadi mereka
akan mewakili sebuah sampel yang tidak diketahui. Kemudian masing-masing dari
20 protein akan dirangkai dalam individu, kira-kira 100 (pilih secara acak)
untuk mengetahhui barapa banyak variasi, jika ada beberapa untuk masing-masing
protein. Jumlah rata-rata variasi protein yang ditemukan dalam 100 individu
untuk 20 protein akan ditaksirkan sebagai jumlah variasi dalam genom dari
populasi.
Teknik
elektroforesis menunjukkan genotip dari individu, misalnya berapa yang
homozigot, berapa yang heterozigot dan bagaimana untuk alelanya. Untuk
memperoleh perkiraan jumlah variasi dalam suatu populasi, kira-kira 20 lokus
gen atau lebih biasanya dipelajari. Hal ini diperlukan untuk meringkas
informasi yang dibutuhkan untuk semua lokus dengan cara yang simple yang akan
mengekpresikan tingkat perbedaan dari populasi dan akan dibandingkan dari satu
populasi dengan populasi lainnya. Hal ini dapat diselesaikan dengan berbagai
cara tapi dua langkah dari variasi genetic yang umum digunakan: polimorfisme
dan heterozigositas.
Polimorfisme Dan
Heterozigositas
Polimorfisme populasi merupakan
ketidaktepatan kadar variasi genetik. Polimorfisme ini disebabkan sedikitnya
jumlah lokus polimorfik yang tidak sebanyak pada lokus lainnya. Pada lokus yang
tepat ada 2 alel dengan frekuensi 0,95 dan 0,05, terhadap variasi lokus lain
dengan 20 alel masing-masing frekuensinya 0,05. Ternyata variasi genetkc pada lokus yang kedua lebih banyak daripada lokus
pertama sebelum dihitung di bawah kriteria
polimorfisme 0,95.
Kadar yang lebih baik dari variasi
genetic yang tidak berubah dan tepat adalah frekuensi rata-rata individu yang
heterozigot pada tiap lokus atau heterozigositas dari populasi. Hal ini
dihitung melalui frekuensi pertama yang dihasilkan dari individu heterozigot
pada tiap lokusnya dan diambil rata-rata frekuensi dari semua lokus. Kita kaji
4 lokus dari suatu populasi dan diperoleh frekuensi heterozigot sebagai berikut:
0,25; 0,42; 0,09 dan 0. Maka heterozigositas populasi berdasarkan 4 lokus
tersebut yaitu (0,25+0,42+0,09+0)/4=0,19. Maka dapat disimpulkan bahwa
heterozigositas populasi adalah 19%. Perkiraan heterozigositas harus sesuai
dengan sampel lebih dari 4 lokus dengan prosedur yang sama. Jika beberapa
populasi dari spesies yang sama diuji, maka yang pertama dihitung adalah
heterozigositas dari masing-masing populasi kemudian dicari rata-ratanya.
Misalnya 4 populasi dengan hasil 0,19; 0,15; 0,15; 0,17 maka rata-rata
heterozigositas adalah 0,16.
Heterozigositas populasi merupakan
kadar variasi genetik yang lebih mendominasi sebagian besar populasi secara
genetik. Selain heterozigositas populasi, dapat dihitung pula dengan
heterozigositas harapan, yaitu dari frekuensi alel pada individu dalam suatu
populasi yang melakukan mating satu sama lain secara acak. Contohnya, pada suatu
lokus ada 4 alel dengan frekuensi f1, f2, f3 dan f4, maka frekuensi harapan
dari 4 homozigot jika melakukan mating acak adalah f12, f22,
f32 dan f42. Heterozigositas pada lokus menjadi:
He= 1- (f12+ f22+ f32
+ f42)
Contoh: f1= 0,05; f2= 0,30; f3= 0,10; f4= 0,10
Maka He= 1 – (0,052 + 0,302 +
0,102 + 0,102) = 0,64
Perkiraan
Variasi Secara Elektroforesis
Teknik elektroforesis pertama
diterapkan untuk menaksir variasi genetik di populasi alami pada tahun 1966.
Tabel 1.1 menunjukkan daftar 20 lokus
variable dari 71 lokus sampel pada populasi dari orang Eropa. Simbol digunakan
untuk menunjukkan lokus, enzim dikode oleh lokus dan frekuensi dari
heterozigositas individu pada lokus diberikan untuk setiap 20 lokus variabel. Heterozigositas
dari populasi adalah jumlah dari penyusun heterozigositas pada 20 lokus
variabel dibagi dengan total dari lokus sampel = 4,73/71 = 0,067.
Tabel 1.1 menggambarkan
heterozigositas pada 20 variabel gen loci yang keluar dari 71 loci sampel dalam
populasi dari Eropa yang dihasilkan dengan elektroforesis.
Lokus gen
|
Enzim yang
dikode
|
Heterozigositas
|
ACP1
|
Acid
phosphatase
|
0,52
|
PGM1
|
Phosphoglucomutase-1
|
0,36
|
PGM2
|
Phosphoglucomutase-2
|
0,38
|
AK
|
Adenylate
kinase
|
0,09
|
PEPA
|
Peptidase-A
|
0,37
|
PEPC
|
Peptidase-C
|
0,02
|
PEPD
|
Peptidase-D
|
0,02
|
ADA
|
Adenosine
deaminase
|
0,11
|
PGD
|
Phosphogluconate
dehydrogenase
|
0,05
|
ACP2
|
Alkaline
phosphatase (placental)
|
0,53
|
AMY2
|
α-amilase
(prancreatic)
|
0,09
|
GPT
|
Glutamate-pyvurate
transaminase
|
0,50
|
GOT
|
Glutamate-oxaloacetate
transaminase
|
0,03
|
GALT
|
Galactose-1-phosphat
uridyltransferase
|
0,11
|
ADH2
|
Alcohol
dehydrogenase-2
|
0,07
|
ADH3
|
Alcohol
dehydrogenase-3
|
0,48
|
PG
|
Pepsinogen
|
0,47
|
ACE
|
Acetylcholinesterase
|
0,23
|
ME
|
Malic
enzyme
|
0,30
|
HK
|
Hexokinase
(white-cell)
|
0,05
|
Rata-rata heterozigositas (termasuk 51 loci
invarian)
|
0,067
|
Total 39 lokus gen yang mengkode
enzim telah dipelajari dalam populasi ikan marin air panas (Phillum pharanida) Phoronopsis viridis dari Bodega Bay, California. Tabel di bawah ini memberi symbol yang digunakan
unt uk mewakili 27 lokus yang padanya
tidak ditemukan 2 alel. Tabel ini menunjukkan observasi dan menunjukkan
heterozigositas sebagaimana lokus yang polimorfik ketika kriteria polimorfisme
pada frekuensi alel yang paling umum tidak lebih besar dari 0,95. Dengan
kriteria 28,2% dari 39 lokus yang dipelajari adalah polimorfik. Bagaimanapun
dengan menggunakan 0,99 kriteria polimorfisme 20 dari 39 lokus atau 51,2%
adalah polimorfik. Heterozigositas yang diobservasi adalah 7,2% berkemungkinan
lebih sedikit dari pada heterozigositas 9,4%. Perbedaan ini mungkin terjadi
pada keakuratan dan fertilisasi sendiri karena Phoronopsis viridis adalah hewan hermaprodit.
Tabel 1.2 menggambarkan frekuensi
alela pada 27 variabel loci dalam 120 individu cacing laut Phoronopsis viridis. Angka digunakan untuk menunjukkan alela (1, 2,
3 dan seterusnya) yang mengindikasikan peningkatan mobilitas dalam
elektrik medium dari protein yang dikode
oleh beberapa alela.
Lokus gen
|
Frekuensi alela
|
Heterozigot
|
Polimorfik <1
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Yg Diamati
|
Yg Diharapkan
|
||||
Acph-1
|
0,095
|
0,005
|
0,010
|
0,010
|
Tidak
|
||||||
Acph-2
|
0,009
|
0,066
|
0,882
|
0,014
|
0,005
|
0,024
|
0,160
|
0,217
|
Ya
|
||
Adk-1
|
0,472
|
0,528
|
0,224
|
0,496
|
Ya
|
||||||
Est-2
|
0,008
|
0,992
|
0,017
|
0,017
|
Tidak
|
||||||
Est-3
|
0,076
|
0,924
|
0,151
|
0,140
|
Ya
|
||||||
Est-5
|
0,483
|
0,396
|
0,122
|
0,443
|
0,596
|
Ya
|
|||||
Est-6
|
0,010
|
0,979
|
0,012
|
0,025
|
0,041
|
Tidak
|
|||||
Est-7
|
0,010
|
0,990
|
0,021
|
0,021
|
Tidak
|
||||||
Fum
|
0,986
|
0,014
|
0,028
|
0,028
|
Tidak
|
||||||
αGpd
|
0,005
|
0,995
|
0,010
|
0,010
|
Tidak
|
||||||
G3pd-1
|
0,040
|
0,915
|
0,017
|
0,011
|
0,011
|
0,006
|
0,159
|
0,161
|
Ya
|
||
G6pd
|
0,043
|
0,900
|
0,057
|
0,130
|
0,185
|
Ya
|
|||||
Hk-1
|
0,996
|
0,004
|
0,008
|
0,008
|
Tidak
|
||||||
Hk-2
|
0,005
|
0,978
|
0,016
|
0,043
|
0,043
|
Tidak
|
|||||
Idk
|
0,992
|
0,008
|
0,017
|
0,017
|
Tidak
|
||||||
Lap-3
|
0,038
|
0,962
|
0,077
|
0,074
|
Tidak
|
||||||
Lap-4
|
0,014
|
0,986
|
0,028
|
0,027
|
Tidak
|
||||||
Lap-5
|
0,004
|
0,551
|
0,326
|
0,119
|
0,542
|
0,576
|
Ya
|
||||
Mdh
|
0,008
|
0,987
|
0,004
|
0,025
|
0,025
|
Tidak
|
|||||
Me-2
|
0,979
|
0,021
|
0,042
|
0,041
|
Tidak
|
||||||
Me-3
|
0,017
|
0,824
|
0,159
|
0,125
|
0,296
|
Ya
|
|||||
Odh-1
|
0,992
|
0,008
|
0,017
|
0,017
|
Tidak
|
||||||
Pgi
|
0,995
|
0,005
|
0,010
|
0,010
|
Tidak
|
||||||
Pgm-1
|
0,159
|
0,827
|
0,013
|
0,221
|
0,290
|
Ya
|
|||||
Pgm-3
|
0,038
|
0,874
|
0,071
|
0,017
|
0,185
|
0,229
|
Ya
|
||||
Tpi-1
|
0,929
|
0,071
|
0,000
|
0,133
|
Ya
|
||||||
Tpi-2
|
0,008
|
0,004
|
0,962
|
0,013
|
0,013
|
0,076
|
0,074
|
Tidak
|
|||
Rata-rata (termasuk 12 invarian
loci)
|
|||||||||||
Heterozigot
|
0,072
|
0,094
|
|||||||||
Polimorfisme
|
11/39=0,282
|
||||||||||
Tabel 1.2 menunjukkan frekuensi alel
pada 27 lokus variabel. Jumlah alel per lokus berkisar hanya 1 (pada 12 lokus
varian) sampai 6 (pada lokus Acph-2 dan G3pd-10. Lokus dengan jumlah alel yang
lebih besar tidak selalu mempunyai heterozigositas yang lebih besar. Sebagai
contoh, observasi dan penelitian heterozigositas pada lokus Acph-2 adalah
masing-masing 0,16 dan 0,17 sedangkan pada lokus Adk-1 hanya mempunyai 2 alel
dengan heterozigositas 0,222 dan 0,496.
Variasi
Genetik pada Populasi Alami
Hewan
inventebrata umunya memiliki lebih banyak variasi genetic dari pada vertebrata.
Pada manusia keheterozigotannya adalah 6,7% dapat terdeteksi dengan elektroforesis.
Jika diasumsikan terdapat 30000 lokus gen structural pada manusia,
keheterozigotannya seseorang menjadi 30000 x 0,067 = 2010 lokus. Individu
secara teoritis dapat menghasilkan 22010 = 10603
Penghitungan
mengindikasikan bahwa dua gamet manusia adalah tidak sama atau identik dan
tidak akan pernah ada dua individu memiliki gen-gen yang identik. Teknik elektroforesis
telah membuat ini mungkin untuk memperkirakan variasi genetic pada populasi
alami. Ada dua hal untuk membuat perkiraan yang baik dari variasi genetic:
a
Bahwa sampel secara acak dari semua lokus gen
dipelihara
b
Bahwa semua alela terdeteksi pada setiap lokus
Beberapa metode digunakan untuk
mendeteksi perbedaan muatan protein yang tidak dikenali dengan teknik standart
elektrophoresis. Salah satu metodenya adalah elektrophoresis sekuen terdiri
dari elektrophoresis dari sampel yang sama pada berbagai kondisi. Metode lain
adalah sampel jaringan atau enzim untuk temperatur yang tinggi. Teknik lain
adalah pemetaan protein atau sidik jari protein setelah mencerna tripsin atau
beberapa enzim lain yang menghidrolisis polipeptida ke sejumlah kecil peptide yang
disubjekkan ke dua kromatograpi dimensional atau kromatograpy pada satu dimensi
dan elektroporesis yang lain.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
didapatkan dengan elektroporesis sekuan dan dua metode denaturasi. Rata-rata
keheterozigotan adalah 0,04 dengan elektrophoresis sekuen dan sekitar 0,08
dengan metode denaturasi atau meningkat pada variasi jumlah 25%. Metode ini
digunakan untuk membuka dan menutupnya variasi
cryptic ketika sampel lokus adalah 0,81 hingga 0,410 yang dilihat pada
populasi Drosophila, ketika sampel acak dari lokus yang diuji.
Jumlah variasi mutan yang dideteksi
pada lokus adalah dari Drosophila melanogaster dengan tiga metode yang
berbeda. Pemetaan protein yang mendeteksi lebih banyak variasi cryptic dari
pada teknik yang lain. Jika kita mengasumsikan harga 20% untuk mendeteksi
perkiraan dari sejumlah variasi protein cryptic, kita dapat menghitung varisi
protein yang ditentukan secara genetic dalam populasi alami. Dengan standart
elektrophresis H=0,134 untuk invertebrate nc= 1/1 (1-0,134)=1,15 dan
nc’= 1,2x 1,15=1,38 dimana H’=0,28. Untuk vertebrata nc=1,28
dan H’=0,22 dan untuk tanaman nc’= 1,37 dan H’=0,22 dan untuk
tanaman nc’=1,37 dan H’=0,27. Rata-rata keheterozigotan menjadi
hampir dua kali untuk invertebrate dan tanaman serta tiga kali untuk
vertebrata.
DNA
Polymorphisme
Sebagian kecil dari semua perbedaan
pada rangkaian DNA yang digambarkan dalam variasi protein. Perbedaan antara
codon synonymous tidak mengubah asam amino yang dikodekan, dan 90% atau lebih
dari DNA menjadi tidak diterjemahkan ke dalam protein. DNA yang tidak
diterjemahkan termasuk mencampuri antara rangkaian (intron-intron) dan daerah pengkode
(exon-exon) seperti rangkaian intergenik yang memisahkan satu gen dari gen
berikutnya. Kita mungkin bertanya berapa banyak variasi genetic (perbedaan pada
rangkaian DNA) yang ada melebihi yang mempengaruhi rangkaian asam amino dari
protein (meskipun banyak dari variasi DNA yang ditambahkan mungkin sedikit yang
mempunyai sifat adaptive yang signifikan dari variasi yang berasal dari
rangkaian DNA yang dimodifikasi). Batasan analisis endonuklease dan rangkaian
DNA telah diungkap untuk menyelidiki masalah ini.
Jika contohnya adalah gen ^γ , maka
kelihatan seperti tingkatan dari rangkaian DNA setiap individu yang disilangkan
akan menjadi heterozigot mendekati semua, jika tidak semua, loci –ini, jika
rangkaian nonkoding ditulis dalam catatan. Pertanyaan dari kebutuhan
heterozigot menjadi diformulasikan pada
akhir dari proporsi dari perbedaan nukleotida, yang mungkin disebut heterozigot
nukleotida atau keanekaragaman nukleotida. Mencoba menjawab pertanyaan ini,
kita menemui beberapa hal ambigu. Jika hanya substitusi yang dipertimbangkan,
heterozigosity nukleotida dari ^γ adalah 13/1647 = 0.008. tetapi jika delesi
juga ditulis dalam catatan, berapa banyak yang dijumlahkan? Jika masing-masing
segmen yang dihapus dijumlahkan sebagai satu perbedaan yang tidak terikat
(independen) dari panjangnya, ada 3 tambahan perbedaan antara 2 alela dan
heterozigositasnya adalah 16/1647 = 0.010; jika masing-masing nukleotida yang
dihapus dijumlahkan sebagai satu perbedaan, heterozygosity adalah 39/1647 =
0.024 (tabel 22.15).
Heterozigositas nukelotida pada gen
yang lain untuk 2 alela yang tidak terikat
telah dirangkai pada tabel 22.15. 3 gen (Adh pada Drosophila, C pada tikus, dan ^γ pada manusia) mempunyai
substitusi heterozigosity mendekati 1% atau beberapa lebih tinggi. Rangkaian
DNA dari Adh dan C termasuk hanya
pada daerah koding, dan kemudian tidak ada delesi yang diamati. Untuk gen
insulin substitusi heterozigosity hanya 1.003, tetapi daerah sisi 5’ berisi
sebuah delesi/insersi dari 467 pasangan nukleotida yang berdekatan, yang
didalamnya sebuah rangkaian yang tinggi berulang.
Daerah konstan pada rantai berat
dari immunoglobulin tikus terdiri dari 8 protein. Salah satunya, γ2a, diketahui
berbeda secara luas dari satu strain tikus yang dikawinkan sesama jenis dari
yang lain. Gen IgG2a, mengkode untuk
protein ini telah dirangkai dalam 2 strain. Dari 1108 rangkaian basa , 111
(10%) berbeda. Hanya 18 (16.2 %) dari substitusi nukleotida adalah diam; hasil
yang lain asam amino berbeda pada 15% dari tempatnya. Ada alasan yang mengira
bahwa variasi yang diobservasi pada gen IgG2a tikus mungkin bukan menjadi tipe
dari loci yang structural. Gen immunoglobulin adalah sangat polymorphic; 2
alela dirangkai datang dari 2 strain yang kawin sesama bangsa, disbanding
dengan dari individu yang kawin berbeda bangsa, 2 protein telah diketahui
menjadi sangat berbeda sebelum DNA dirangkai. Tentu saja frekuensi dari
perbedaan asam amino antara produk 2 alela adalah satu pesanan dari jarak
terbesar daripada rata-rata diobservasi pada jenis lain dari protein.
Perkiraan dari heterozigosity
nukleotida telah dihasilkan pada 4 spesies urchin laut oleh denaturasi DNA
diikuti dengan gabungan yang competitive (hibridisasi). Teknik ini tidak tepat
tetapi keuntungannya yaitu untuk menguji kadar logam pada genom komplit dari
suatu organisme. Akibat dari copy DNA tunggal disimpulkan pada tabel 22.16.
Diperkirakan frekuensi dari substitusi nukleotida sekitar 2-4%.
Setelah koreksi selama substitusi
diam, 2-4% substitusi nukleotida pada
terjemahan DNA menghasilkan 5-9% perbedaan asam amino. Pada studi
electrophoretic dari sistem enzim pada S.intermedius
telah memberikan sebuah perkiraan heterozigosity 0.18, yang sangat tidak
berbeda dari rata-rata nilai untuk invertebrate (lihat tabel 22.11). Jika kita
memperkirakan bahwa H= 0.18 kurang lebih koresponden untuk perbedaan asam amino
per 5 protein, dan bahwa rata-rata panjang dari protein adalam 300 asam amino,
data electrophoretic harus direfleksikan jadi satu substitusi per 1500 asam
amino. Nilai heterozigosity dihasilkan dari data gabungan sekitar 100 kali
lebih besar (5-9% substitusi asam amino sekitar I dalam 15). Perbedaan mungkin
pada bagian ketidakmampuan untuk mendeteksi semua substitusi asam amino dengan
electrophoresis. Tetapi itu kelihatan seperti proporsi terluas dari
keanekaragaman nukleotida diobservasi dengan gabungan yang meliputi DNA yang
tidak mengkode untuk asam amino. Pada banyak kasus, yang pantas menerima
peringatan tentang frekuensi dari heterozigosity nukleotida diobservasi dengan
hibridisasi DNA (2-4%) tidak sangat berbeda dari nilai 1-2% dihasilkan dengan
merangkai gen Adh, C , dan ^γ.
Kita bisa menyimpulkan, dengan cara dari sebuah
perkiraan sementara sampai data lebih tersedia, yang rata-rata heterozigositas
nukleotida untuk gen structural dan rangkaian DNA tunggal yang lain dari
makhluk hidup eukariot sekitar 1 atau 2%.