Minggu, 14 September 2014

makalah perkembangan embrio mamalia

MAKALAH
PERKEMBANGAN EMBRIO MAMALIA
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Perkembangan Hewan
Yang Dibina Oleh Ibu Amy Tenzer

Oleh Kelompok 5 Off B’12
-          Afif Saifudin              (120341421993)
-          Agusta Rizky K.P       (120341421997)
-          Ayun Indariswati        (120341421975)
-          Endah Handayani       (120341421979)















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Maret 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada hampir semua makhluk hidup suatu generasi baru dimulai dari suatu sel telur yang telah difertilisasi (dibuahi) atau zigot yaitu sel hasil penggabungan dari sel induk betina dan sel induk jantan. Pada proses perkembangan embrio melalui berbagai macam tahap yang dimulai dari gametogenesis pada masing-masing induk di mana induk jantan mengalami spermatogenesis (proses pembentukan sperma) dan induk betina mengalami oogenesis (proses pembentukan ovum). Setelah terjadi fertilisasi (proses peleburan dua gamet sehingga terbentuk individu dengan sifat genetik yang berasal dari kedua induknya) maka akan terbentuk  zigot. Zigot akan mulai membentuk organisme yang multiseluler yang dilakukan dengan proses-proses pembelahan. Pembelahan awal yang terjadi disebut sebagai blastulasi di mana sel hasil fertilisasi antara dua induk akan mengalami pembelahan menjadi 2, 4, 8, 16, 32, 64, dan seterusnya.
Setelah beberapa kali melakukan pembelahan, embrio kemudian membentuk suatu bola yang disebut morula. Setelah embrio menjalani tahap pembelahan dan pembentukan blastula, embrio akan masuk ke dalam suatu tahapan yang disebut stadium gastrula. Gastrulasi akan menghasilkan suatu embrio yang mempunyai tiga lapisan lembaga yaitu endoderm di sebelah dalam, mesoderm di sebelah tengah, dan eksoderm di sebelah luar.
Dalam perkembangan selanjutnya, ketiga lapisan lembaga akan membentuk jaringan-jaringan khusus dan organ-organ tubuh, dimana proses ini disebut organogenesis. Organ pertama yang dibentuk adalah jantung. Perkembangan embrio mamalia sangatlah komples di mana pada awalnya hanya ada satu sel kemudian bekembang menjadi individu yang terdiri dari miliaran sel. Oleh karena itu perlu pembelajaran khusus mengenai perkembangan embrio mamalia.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana fertilisasi pada mamalia?
2.      Bagaimana pembelahan dan tahap blastulasi pada perkembangan embrio mamalia?
3.      Bagaimana tahap gastrulasi pada perkembangan embrio mamalia?
4.      Bagaimana tahap neurulasi pada perkembangan embrio mamalia?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui fertilisasi pada mamalia
2.    Mengetahui pembelahan dan perkembangan embrio mamalia pada tahap blastulasi
3.      Mengetahui perkembangan embrio mamalia pada tahap gastrulasi
4.      Mengetahui perkembangan embrio mamalia pada tahap neurulasi




















BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan adalah proses peleburan (fusi) gamet-gamet haploid, yaitu sel sperma dan sel ovum yang sudah matang untuk membentuk zigot haploid. Tempat terjadinya fertilisasi umumnya di 1/3 Tuba fallopi (Oviduct), bisa juga di luar Oviduct (Fertilisasi In vitro).
Tahapan Proses Fertilisasi
1.      Begitu lepas dari Ovarium, Oosit akan melengkapi Meiosis 1 dan memulai Meiosis 2 (berhenti di Metafase II) sambil bergerak menuju Oviduct dengan bantuan epitel bersilia.
  1. Setelah sperma diejakulasi, sperma bergerak dari serviks (leher rahim), uterus, hingga tiba di oviduct/tuba fallopi. Dibutuhkan waktu 14-72 jam bagi sperma untuk membuahi Oosit.
  2. Kapasitasi Spermatozoa di Oviduct adalah masa penyesuaian dalam saluran reproduksi wanita di mana terjadi pelepasan selubung glikoprotein dan protein­-protein plasma semen yang membungkus akrosom yang berlangsung kira­-kira 7 jam pada manusia, selain itu Spermatozoa diberi nutrisi dan ATP oleh jaringan Oviduct.
  3. Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder menghasilkan enzim dan senyawa tertentu sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung. Pada sperma terjadi Reaksi Akrosom, yaitu pelepasan enzim-enzim yang dapat menembus dinding Oosit, diantaranya:
a.       Hialuronidase, enzim yang dapat melarutkan senyawa hilarunoid yang terdapat pada lapisan korona radiata.
b.      Akrosin, protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
c.       Antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder
Selain sperma, oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu. Senyawa tersebut adalah fertilizin, yang tersusun atas glikoprotein yang berfungsi:
a.       Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
b.      Menarik sperma secara kemostaksis positif.
c.       Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
  1. Fusi membran Oosit dan membran Sperma sehingga terjadi Reaksi Granula Korteks Oosit untuk mencegah lebih dari 1 spema yang masuk (anti polispermia) dengan cara
a.       Perubahan tegangan listrik membran Oosit dari 20 μV menjadi 60 μV.
b.      Terbentuk membran fertilisasi.
6.      Melengkapi Meiosis.
7.      Fusi pronukleus jantan & betina.

2.2  Pembelahan dan Blastula Mamalia
Sel telur mamalia berukuran sangat kecil dan yang paling kecil di antara sel telur dunia hewan. Sebagai contoh, zigot manusia hanya berukuran +100 mikron. Selain itu perkembangan embrio mamalia terjadi di dalam tubuh induknya.
Ada beberapa perbedaan pembelahan mamalia dibanding hewan lainnya. Pertama pembelahannya berjalan sangat lambat. Kedua, tipe pembelahannya yaitu pada pembelahan pertama terjadi secara normal yaitu melalui bidang meridional, pada pembelahan kedua lain dari biasanya, yaitu blastomer membelah secara meridional sedangkan blastomer lainnya membelah secara ekuatorial. Tipe pembelahan seperti ini disebut holoblastik rotasional.
Gambar : Perbandingan stadium pembelahan dini (A) echinodermata dan (B) mamalia. (Gilbert, 1985)
Berbeda dengan pembelahan embrio hewan lainnya, pembelahan embrio hewan mamalia tidak semuanya membelah dalam waktu yang bersamaan, sehingga blastomer tidak meningkat dari 2, 4, 8, dan seterusnya, tetapi seringkali berjumlah ganjil.
Yang paling berbeda mungkin pada periode kompaksi. Pada stadium 8 sel hubungan antar blastomer cukup longgar dan banyak mengandung ruang antar sel. Namun pada pembelahan selanjutnya, tingkah laku blastomer mengalami perubahan yang drastis. Blastomer-blastomer ini tiba-tiba berhimpitan, mempererat hubungan antar blastomer sehingga membentuk bola yang padat.
Sel-sel di dalam embrio berhubungan satu sama lain dengan gap junction yang memungkinkan terjadinya perlaluan molekul dan ion antara sel yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan antar sel-sel bagian luar berhubungan satu dengan yang lain dengan tight junction yang berfungsi mencegah pertukaran cairan secara bebas antara lingkungan dengan embrio dan menyebabkan terjadinya akumulasi cairan di dalam embrio.
Dengan demikian kompaksi menyebabkan sel-sel terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu di bagian luar dan bagian dalam embrio. Embrio yang kompak ini disebut morula. Morula ini tidak mengandung rongga.
Cairan yang disekresikan ke dalam morula menyebabkan embrio menjadi berongga dan sel-sel yang berada di bagian dalam berkelompok pada satu cincin sel eksternal. Struktur ini disebut blastosis.
Sel-sel blastosis terdiri atas 2 kelompok yaitu inner cell mass atau ICM dan outer cell mass, di mana keduanya berbeda baik morfologi, fungsi, maupun biokimianya. Sel-sel penyusun bagian terluar blastosis (outer cell mass) secara keseluruhan disebut trofoblas atau trofektoderm. Sel-sel tersebut sama lain berhubungan dengan tight junction. Kelompok sel-sel ini tidak membentuk embrio melainkan membentuk jaringan korion penyusun plasenta. Trofoblas berfungsi menginduksi perubahan-perubahan khas pada permukaan uterus ketika embrio berimplantasi.
Implantasi pada mamalia biasanya uterus membentuk suatu reaksi decidua sebagai respon. Di dalam kejadian ini stroma endometrium, sel fibroblastik ditransformasikan ke dalam bentuk sel decidua khusus. Sel ini ditandai dengan penonjolan epithelloid, kehadiran imti poliploid, akumulasi glikogen dan lipid di dalam sitoplasma, pembentukan banyak lisosom dan terjadi kontak antara sel dengan suatu hubungan yang kompleks. stroma endometrium ini akan menjadi edemtus sebab terjadi vasodilatasi dan penambahan permiabilitas pembuluh kapiler, peningkatan mitosis dan kegiatan metabolisme.
Menurut Partodihardjo (1980), implantasi berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap ini adalah tahap persentuhan embrio dengan endometrium, terlepasnya zona pelusida, pergeseranatau pembagian tempat dan yang terakhir ada1ah pertautan antara trofoblas dengan epitel endometrium. Tahap pelepasan zona pelusida adalah penting karena zona pe1usida merupaluran suatu penghalang untuk imp1antasi. Terlepasnya zona pelusida ada1ah sebagai aktivitas dari enzim proteolitik dari airan uterus. Pelepasan zona pelusida terjadi sebelum trofoblas melekat pada endometrium.
 ( Gambar proses implantasi)
Sel-sel penyusun ICM satu sama lain berhubungan dengan gap junction. Sel-sel ini kemudian akan membentuk embrio dan sistem membran embrio. Sel-sel ICM selanjutnya memisahkan diri dan membentuk lapisan tipis sel di bagian bawah ICM yang disebut hipoblas. Dan bagian ICM yang tidak memisahkan diri disebut epiblas.



Seperti blastula lainnya, blastula mamalia (blastosis) telah mempunyai daerah-daerah pembentuk alat.
Epiblas membentuk bakal ektoderm epidermis dan ektoderm saraf, notokorda, dan mesoderm, sedangkan hipoblas membentuk bakal endoderm. Seperti pada embrio ayam, epiblas anterior merupakan bakal ektoderm epidermis kemudian posterior secara berturut-turut  adalah bakal ektoderm saraf, notokorda, prekorda, dan yang paling posterior adalah bakal mesoderm.

2.3 Gastrulasi Mamalia
Pada mamalia, kecuali monotremata seperti Platipus dan Ekhidna gastrulasi tidak berlangsung di dalam telur yang terisolasi dari induk, melainkan di dalam tubuh induk dan bertautan dengan endometrium uterus. Nutrisi embrio langsung diperoleh dari induk melalui plasenta dan tidak menggunakan yolk karena mamalia memiliki yolk sedikit dan tersebar merata atau bertipe isolesital.




Gamabar Platipus dan Ekhidna dikutip dari Young, 1973
Diferensiasi awal jaringan embrio sudah terjadi pada tahap blastula (blastosis), dengan terbentuknya sekelompok sel di bagian luar atau outer cell mass dari kelompok sel bagian dalam atau inner cell mass (ICM).
Gambar: Bagan derivasi jaringan-jaringan embrio hasil gastrulasi, Dikutip dari Carlson 1998
Bagian seluler terluar adalah trofoblas atau trofektoderm yang merupakan bagian bagian ekstraembrio yaitu bakal selaput ekstraembriokorion yang terlihat dalam pembentukan plasenta bersama endometrium. Trofoblas akan berdiferensiasi menjadi sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas. Sitotrofoblas yang berepitel (memiliki inti) dan terletak di bagian proksimal. Sinsitiotrofoblas tidak berinti yang berupa sinsitium dan dapat berinvasi ke dalam dinding endometrium.
Inner cell mass (ICM) merupakan pembentuk selaput bagian intraembrio dan selaput intraembrio amnion, kantong yolk, dan alntois. Segregasi pertama dari Inner cell mass (ICM) adalah terbentuknya hipoblas atau endoderm primitif ke arah blastocoeldan terbentuknya epiblas dari jaringan sisanya. Di dalam epiblas terbentuk celah-celah yang kemudian bersatu hingga membesar menjadi rongga amnion yang menghasilkan dua kelompok sel yaitu epiblas embrio dan epiblas atap rongga amnion. Epiblas alas amnion adalah epiblas embrio yang bersama hipoblas atau endoderm membentuk suatu keping embrio.
 











Pada epiblas keping embrio akan dibentuk ciri khas gastrulasi kelompok hewan amniota yakni terbentuknya alur primitif, seperti pada unggas. Epiblas embrio menjadi lapisan lembaga ektoderm, sedangkan endoderm dan mesoderm dibentuk dengan cara bermigrasinya sel-sel presumtif mesoderm dan presumtif endoderm melalui parit primitiv. Mesoderm dan endoderm, menyebar ke arah lateral, anterior, dan posterior. Mesoderm ekstraembrio berasal dari endoderm kantung yolk. Endoderm menduduki tempat hipoblas, dan mendesak hipoblas hingga keluar keping untuk menjadi kantung yolk yang mengelilingi rongga kantung yolk. Setelah rongga kantung yolk diatapi oleh endoder, rongga tersebut dapat juga disebut sebagai usus primitif (arkenteron). Bagian atas dari rongga ini yang berbatasan beratapkan endoderm akan menjadi usus setelah terjadi pelipatan-pelipatan splanknopleura. Keping embrio berhubungan dengan trofoblas oleh jaringan mesoderm ekstraembrio yang disebut tangkai tubuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar