Minggu, 14 September 2014

makalah pembelajaran kooperatif

PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING
MAKALAH



A.    Pendahuluan tentang Pembelajaran Kooperatif
            Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kelompok banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berpikir. Selain itu psikologi humanistik juga mendasari strategi pembelejaran kelompok ini. Dalam pembelajaran kelompok, pengembangan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi  atau kemampuan interpersonal.
Dalam teori medan ataupun teori gestalt, menjelaskan bahwa keseluruhan lebih memberi makana daripada bagian yang terpisah. Menurut teori medan, setiap tingkah laku bersumber dari adanya ketegangan (tension) dan ketegangan itu muncul karena adanya kebutuhan (need). Ketika kebutuhan tidak terpenuhi, maka selamanya individu akan berada dalam situasi tegang. Maka dari itulah, setiap individu akan berusaha memenuhi kebutuhannya. Dimana dalam pemenuhan kebutuhan itu, individu akan bertinteraksi dengan individu lain dan akhirnya terbentuklah sebuah kelompok. Sedangkan dalam teori psikodinamika, kelompok bukan hanya sekumpulan individu melainkan merupakan satu kesatuan yang memiliki ciri dinamika dan emosi tersendiri.
B.     Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
            Model pembelajaran kelompok merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu :
1.      Adanya peserta dalam kelompok
2.      Adanya aturan kelompok
3.      Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok
4.      Adanya tujuan yang harus dicapai
Peserta yang dimaksudkan adalah siswa yang sedang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa dapat dibagi berdasarkan beberapa hal, sepeerti pengelompokan didasari pada kesamaan minat dan bakat, pengelompokan yang didasari kemampuan, ataupun campuran dari minat bakat dan kemampuan. Cara apapun dapat dilakukan untuk mengelompokkan siswa, yang nantinya pembelajaran dalam kelas dapat berlangsung dengan menarik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Saat siswa membentuk kelompok, siswa akan dengan sendirinya membuat aturan dalam kelompoknya yang tentunya telah disepakati oleh semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik ataupun siswa sebagai anggota kelompok. Contoh mudahnya adalah ketika siswa telah berkelompok untuk menyelesaikan tugas dari sekolah, mereka akan membuat aturan dalam hal pembagian tugas, waktu pengumpulan tugas, dan hal lain yang dilakukan dengan maksud menyelesaikan tugas sekolah.
Ketika siswa berada di sekolah, siswa tersebut sedang melakukan upaya belajar. Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik dalam aspek pengetahuan, sikap, maupu keterampilan. Upaya belajar tersebut dapat dilakukan dengan berkelompok, sehingga siswa dapat bertukar pikiran, pegalaman, maupun gagasan.
Setiap kelompok belajar yang dibentuk siswa pasti mempunyai tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.
Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Strategi pembelajaran kooperatif learning ini sering menjadi perhatian dan juga anjuran dari ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan yang mendukung pembelajaran kooperatif learning tersebut :
1.      Beberapa hasil penelitian membuktikan penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat menghargai diri sendiri.
2.      Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Pembelajaran kooperatif ini merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, terdiri dari empat hingga enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, ataupun suku yang berbeda. Sistem penilaiannya dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan atau reward, jika kelompok tersebut mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dari sinilah akan muncul ketergantungan positif antar anggota kelompok. Ketergantungan inilah yang akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan termotivasimenjadi lebih baik untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap siswa dalam kelompok akan meningkatkan kemampuan agar keberhasilan dapat diraih oleh kelompok mereka.
Strategi pembelajaran kooperatif ini memiliki dua komponen utama, yaitu :
1.      Komponen tugas kooperatif (cooperative task), berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok
2.      Komponen struktur intensif kooperatif (cooperative itentive structure), merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi diri untuk bekera sama mencapai tujuan kelompok.
Struktur intensif ini sering dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif. Karena melalui struktur intensif, setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.
            Hal yang menarik dari strategi pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan dan juga dampak dalam pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu dan suka memberi pertolongan pada yang lain.
            Strategi pembelajaran ini dapat digunakan ketika :
1.      Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individual dalam bealajar.
2.      Jika guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
3.      Jika guru ingin menanamkan hal bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.
4.      Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
5.      Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka.
6.      Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
C.    Karakteristik dan Prinsip-prinsip SPK (Strategi Pembelajaran Kooperatif)
1.      Karakteristik SPK
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik tetapi juga adanya unsur kerja sama dalam penguasaan materi yang dinginkan. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.
Slavin, Abrani dan Chambers (1995) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif social, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hak semacam ini akan mendorong setiap anggotakelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan diri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus dimana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.
Perpektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif artinya bahwa seyiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik strategi pembelajaran kooperatif dijelaskan dibawah ini.
a.       Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
            Setiap anggota kelompok bersifat heterogen. Artinya kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang social yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
b.      Didasarkan pada manajemen Kooperatif
Sebagaimana  pada umunya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok,yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Dalam pembelajaran kooperatif, fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencaan yang matang agar proses pembelajaran secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakn sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggungjawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun notes.
c.       Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus harus diatur tugas dan tanggungjawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.
d.      Ketrampilan Bekerja Sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam ketrampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
D.    Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di bawah ini.
a.      Prinsip ketergantungan positif (positive independent)
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.
b.      Tanggungjawab perseorangan (individual accountability)
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota harus memliki tanggungjawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hasl tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap indvidu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
c.       Interaksi tatap muka (Face to face promotion interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.
d.      Partisipasi dan komunikasi (participation and communication)
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunya kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.
Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat oranglain secara santun, tidak memojokkan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.
Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih dan melatih, sampai pada akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik.
E.     Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; (4) pengakuan tim
1.      Penjelasan materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampain pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan tanya jawab, bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan demonstrasi. Di samping itu, guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.
2.      Belajar dalam kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokkan dalam SPK bersifat heteroge, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik, serta perbedaan kemampuan akademis.
Dalam hal kemampuan akademik, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok berkemampuan akademis kurang (Anita Lie, 2005). Selanjutnya, Lie menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya pengelompokan heterogen. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnis, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan afanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorogn untuk melakukan tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.
3.      Penilaian
Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiapsiswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai bersama sama dalam kelomoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota.
4.      Pengakuan tim
Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.
F.     Keunggulan dan kelemahan SPK
Keunggulan SPK
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya:
a.       Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari segala sumber dan belajar dari siswa yang lain.
b.      Strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c.       Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan.
d.      Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e.       Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-managge waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
f.       Melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
g.      Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
h.      Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

Keterbatasan SPK
Di samping keunggulan, SPK juga memiliki keterbatasan, di antaranya:
a.       Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang di anggap kurang nmemiliki kemampuan. Akibatnya, keaadaan semacam ini dapat menganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
b.      Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c.       Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d.      Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
e.       Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah.





DAFTAR RUJUKAN

Anita Lie. (2005). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative learning : Research on teaching monograph series Longman English and Humanities Series. Longman



Tidak ada komentar:

Posting Komentar