PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING
MAKALAH
A.
Pendahuluan
tentang Pembelajaran Kooperatif
Dilihat dari landasan psikologi
belajar, pembelajaran kelompok banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar
kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses
berpikir. Selain itu psikologi humanistik juga mendasari strategi pembelejaran
kelompok ini. Dalam pembelajaran kelompok, pengembangan kognitif harus
diimbangi dengan perkembangan pribadi
atau kemampuan interpersonal.
Dalam
teori medan ataupun teori gestalt, menjelaskan bahwa keseluruhan lebih memberi
makana daripada bagian yang terpisah. Menurut teori medan, setiap tingkah laku
bersumber dari adanya ketegangan (tension)
dan ketegangan itu muncul karena adanya kebutuhan (need). Ketika kebutuhan tidak terpenuhi, maka selamanya individu
akan berada dalam situasi tegang. Maka dari itulah, setiap individu akan
berusaha memenuhi kebutuhannya. Dimana dalam pemenuhan kebutuhan itu, individu
akan bertinteraksi dengan individu lain dan akhirnya terbentuklah sebuah
kelompok. Sedangkan dalam teori psikodinamika, kelompok bukan hanya sekumpulan
individu melainkan merupakan satu kesatuan yang memiliki ciri dinamika dan
emosi tersendiri.
B.
Konsep
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Model pembelajaran kelompok
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur
penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu :
1. Adanya
peserta dalam kelompok
2. Adanya
aturan kelompok
3. Adanya
upaya belajar setiap anggota kelompok
4. Adanya
tujuan yang harus dicapai
Peserta
yang dimaksudkan adalah siswa yang sedang melakukan proses pembelajaran dalam
setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa dapat dibagi berdasarkan beberapa
hal, sepeerti pengelompokan didasari pada kesamaan minat dan bakat,
pengelompokan yang didasari kemampuan, ataupun campuran dari minat bakat dan
kemampuan. Cara apapun dapat dilakukan untuk mengelompokkan siswa, yang
nantinya pembelajaran dalam kelas dapat berlangsung dengan menarik dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Saat
siswa membentuk kelompok, siswa akan dengan sendirinya membuat aturan dalam
kelompoknya yang tentunya telah disepakati oleh semua pihak yang terlibat, baik
siswa sebagai peserta didik ataupun siswa sebagai anggota kelompok. Contoh
mudahnya adalah ketika siswa telah berkelompok untuk menyelesaikan tugas dari
sekolah, mereka akan membuat aturan dalam hal pembagian tugas, waktu
pengumpulan tugas, dan hal lain yang dilakukan dengan maksud menyelesaikan
tugas sekolah.
Ketika
siswa berada di sekolah, siswa tersebut sedang melakukan upaya belajar. Upaya
belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuan yang
dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik dalam aspek pengetahuan,
sikap, maupu keterampilan. Upaya belajar tersebut dapat dilakukan dengan
berkelompok, sehingga siswa dapat bertukar pikiran, pegalaman, maupun gagasan.
Setiap
kelompok belajar yang dibentuk siswa pasti mempunyai tujuan. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran
setiap kegiatan belajar.
Salah
satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran
kooperatif (cooperative learning).
Strategi pembelajaran kooperatif learning ini sering menjadi perhatian dan juga
anjuran dari ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua
alasan yang mendukung pembelajaran kooperatif learning tersebut :
1. Beberapa
hasil penelitian membuktikan penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,
serta dapat menghargai diri sendiri.
2. Pembelajaran
kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Pembelajaran
kooperatif ini merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan atau tim kecil, terdiri dari empat hingga enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, ataupun suku
yang berbeda. Sistem penilaiannya dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok
akan memperoleh penghargaan atau reward,
jika kelompok tersebut mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dari
sinilah akan muncul ketergantungan positif antar anggota kelompok.
Ketergantungan inilah yang akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap
kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap
individu akan saling membantu, mereka akan termotivasimenjadi lebih baik untuk
keberhasilan kelompok, sehingga setiap siswa dalam kelompok akan meningkatkan
kemampuan agar keberhasilan dapat diraih oleh kelompok mereka.
Strategi
pembelajaran kooperatif ini memiliki dua komponen utama, yaitu :
1. Komponen
tugas kooperatif (cooperative task),
berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas kelompok
2. Komponen
struktur intensif kooperatif (cooperative
itentive structure), merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi diri
untuk bekera sama mencapai tujuan kelompok.
Struktur
intensif ini sering dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif.
Karena melalui struktur intensif, setiap anggota kelompok bekerja keras untuk
belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran,
sehingga mencapai tujuan kelompok.
Hal yang menarik dari strategi
pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan dan juga dampak dalam
pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai
dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta peserta
didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap
waktu dan suka memberi pertolongan pada yang lain.
Strategi pembelajaran ini dapat
digunakan ketika :
1. Guru
menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individual dalam
bealajar.
2. Jika
guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
3. Jika
guru ingin menanamkan hal bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan
belajar dari bantuan orang lain.
4. Jika
guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian
dari isi kurikulum.
5. Jika
guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi
mereka.
6. Jika
guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan
menemukan berbagai solusi pemecahan.
C.
Karakteristik dan Prinsip-prinsip
SPK (Strategi Pembelajaran Kooperatif)
1. Karakteristik
SPK
Pembelajaran
kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut
dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses
kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan
akademik tetapi juga adanya unsur kerja sama dalam penguasaan materi yang
dinginkan. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran
kooperatif.
Slavin,
Abrani dan Chambers (1995) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat
dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif
social, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif.
Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok
memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian,
keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hak
semacam ini akan mendorong setiap anggotakelompok untuk memperjuangkan
keberhasilan kelompoknya.
Perspektif
sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam
belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh
keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan diri oleh
kelompok, merupakan iklim yang bagus dimana setiap anggota kelompok menginginkan
semuanya memperoleh keberhasilan.
Perpektif
perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai
informasi. Elaborasi kognitif artinya bahwa seyiap siswa akan berusaha untuk
memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Dengan
demikian, karakteristik strategi pembelajaran kooperatif dijelaskan dibawah
ini.
a. Pembelajaran
secara tim
Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota
tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah,
kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
Setiap anggota kelompok bersifat heterogen. Artinya
kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin,
dan latar belakang social yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota
kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima,
sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap
keberhasilan kelompok.
b. Didasarkan
pada manajemen Kooperatif
Sebagaimana pada umunya, manajemen mempunyai empat fungsi
pokok,yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan
fungsi kontrol. Dalam pembelajaran kooperatif, fungsi perencanaan menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencaan yang matang agar proses
pembelajaran secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai bagaimana
cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain
sebagainya. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus
dilaksanakn sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran
yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati
bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur
tugas dan tanggungjawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan
bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik
melalui tes maupun notes.
c. Kemauan
untuk Bekerja Sama
Keberhasilan
pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh
sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran
kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus harus diatur tugas dan
tanggungjawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.
d. Ketrampilan
Bekerja Sama
Kemauan untuk bekerja
sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan
dalam ketrampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau
dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu
dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi,
sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan
memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
D.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Kooperatif
Terdapat
empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di bawah ini.
a.
Prinsip
ketergantungan positif (positive independent)
Dalam
pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung
kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu
disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok
akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua
anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
Untuk
terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing
perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja
disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat
ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan
manakala ada anggota yang tak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan
kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang
mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk
menyelesaikan tugasnya.
b.
Tanggungjawab
perseorangan (individual accountability)
Prinsip
ini merupakan konsekuensi dari prinsip pertama. Oleh karena keberhasilan
kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota harus memliki
tanggungjawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang
terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hasl tersebut, guru
perlu memberikan penilaian terhadap indvidu dan juga kelompok. Penilaian
individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
c.
Interaksi
tatap muka (Face to face promotion interaction)
Pembelajaran
kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling
membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga
kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,
memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan
masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang
berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda.
Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya
antar anggota kelompok.
d.
Partisipasi
dan komunikasi (participation and communication)
Pembelajaran
kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi.
Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan bermasyarakat
kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa
dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunya kemampuan
berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal
keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.
Untuk
dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan
kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan
atau cara menyanggah pendapat oranglain secara santun, tidak memojokkan, cara
menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.
Keterampilan
berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak mungkin dapat menguasainya
dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih dan melatih,
sampai pada akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator
yang baik.
E.
Prosedur
Pembelajaran Kooperatif
Prosedur
pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu (1)
penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; (4) pengakuan tim
1.
Penjelasan
materi
Tahap
penjelasan diartikan sebagai proses penyampain pokok-pokok materi pelajaran
sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah
pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan
gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya
siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini guru
dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan tanya jawab, bahkan kalau
perlu guru dapat menggunakan demonstrasi. Di samping itu, guru juga dapat
menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik
siswa.
2.
Belajar
dalam kelompok
Setelah
guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran,
selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang
telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokkan dalam SPK bersifat heteroge, artinya
kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik
perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik, serta
perbedaan kemampuan akademis.
Dalam
hal kemampuan akademik, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang
berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu
lainnya dari kelompok berkemampuan akademis kurang (Anita Lie, 2005).
Selanjutnya, Lie menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya pengelompokan
heterogen. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling
mengajar dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan
interaksi antar ras, agama, etnis, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen
memudahkan pengelolaan kelas karena dengan afanya satu orang yang berkemampuan
akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Melalui
pembelajaran dalam tim siswa didorogn untuk melakukan tukar-menukar (sharing)
informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan
jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.
3.
Penilaian
Penilaian
dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik
secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan
memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan
informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiapsiswa adalah
penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai
bersama sama dalam kelomoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai
bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota.
4.
Pengakuan
tim
Pengakuan
tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau
tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.
Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim
untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih
mampu meningkatkan prestasi mereka.
F.
Keunggulan
dan kelemahan SPK
Keunggulan
SPK
Keunggulan
pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya:
a. Melalui
strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru,
akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari segala sumber dan belajar dari siswa yang lain.
b. Strategi
pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
orang lain.
c. Strategi
pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan.
d. Strategi
pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
e. Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-managge waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
f. Melalui
strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan karena keputusan
yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
g. Strategi
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
h. Interaksi
selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka
panjang.
Keterbatasan
SPK
Di
samping keunggulan, SPK juga memiliki keterbatasan, di antaranya:
a. Untuk
memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu. Sangat tidak rasional
kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami
filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan,
contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang di anggap kurang
nmemiliki kemampuan. Akibatnya, keaadaan semacam ini dapat menganggu iklim
kerja sama dalam kelompok.
b. Ciri
utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika
tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung
dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya
dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c. Penilaian
yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun
demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang
diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d. Keberhasilan
SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu
yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali
atau sekali-kali penerapan strategi ini.
e. Walaupun
kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa akan
tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan
secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar
bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.
Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah.
DAFTAR RUJUKAN
Anita Lie. (2005). Cooperative Learning:
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.
Dimyati
& Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative
learning : Research on teaching monograph
series Longman English and Humanities
Series. Longman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar